Gereja Setan – Film horor Indonesia kembali menghadirkan karya yang memicu rasa penasaran publik. Kali ini lewat Gereja Setan, sebuah film yang mengangkat kisah nyata komedian Rony Immanuel atau lebih dikenal sebagai Mongol Stres. Pengalamannya terjerumus dalam sekte sesat di masa lalu menjadi inspirasi bagi cerita film yang tayang mulai 11 September di bioskop.
Dengan tema yang jarang diangkat, Gereja Setan bukan sekadar tontonan menegangkan, tetapi juga menghadirkan refleksi tentang bahaya kelompok penyimpang yang kerap menyusup dalam kehidupan sosial.
Sinopsis Singkat Gereja Setan
Kisah bermula dari Ribka (diperankan Kathleen Carolyne), seorang perempuan muda yang mengalami titik terendah dalam hidupnya. Ia harus menghadapi kenyataan pahit: hamil di luar nikah, ditinggalkan oleh calon suaminya, Matthew (Roy Romagny), yang meninggal dalam kecelakaan tragis.
Alih-alih mendapat dukungan, Ribka justru ditekan oleh keluarganya. Demi menutupi “aib”, orang tuanya menyuruh Ribka pergi dari kota dan menyembunyikan diri. Dalam keterpurukan itu, ia bertemu Gladys (Maddy Slinger) yang menawarkan tempat tinggal sekaligus mengenalkannya pada Hendrik (Mongol Stres).
Hendrik memperkenalkan Ribka pada sebuah komunitas yang tampak ramah dan menerima siapa saja tanpa memandang latar belakang. Namun perlahan, wajah asli kelompok itu terbuka. Hendrik ternyata pemimpin sekte sesat yang melakukan ritual mengerikan.
Ribka pun makin terjerat hingga hampir kehilangan jati dirinya. Ketegangan memuncak saat sosok Lucifer (Jonas Rivanno Wattimena) muncul dan berniat menjadikan Ribka sebagai “pengantin iblis”.
Namun, di tengah keputusasaan, muncul titik balik melalui pengalaman rohani yang membawa Ribka kembali pada iman yang sejati.
Mongol Stres dan Pengalaman Nyata
Yang membuat Gereja Setan terasa berbeda adalah latar kisah nyata dari Mongol Stres. Dalam beberapa wawancara, Mongol secara terbuka mengakui bahwa ia pernah terseret masuk ke dalam sekte sesat ketika masih muda.
Ia menceritakan bagaimana pengalaman itu sempat mengubah pandangan hidupnya. Namun pada akhirnya, Mongol berhasil keluar setelah menyadari bahwa ajaran yang diikuti tidak selaras dengan kebenaran. Pengalaman itulah yang kini dituangkan dalam film.
“Film ini bukan untuk menakut-nakuti, tapi untuk mengingatkan bahwa sekte sesat itu nyata adanya. Mereka bisa masuk lewat celah kecil dalam hidup kita,” ujar Mongol dalam sebuah konferensi pers.
Produksi dan Para Pemain
Disutradarai oleh Daniel Tito, Gereja Setan menghadirkan deretan aktor populer lintas generasi. Jonas Rivanno, Kathleen Carolyne, Maddy Slinger, hingga Richard Ivander turut membangun tensi cerita.
Roy Sakti selaku produser menjelaskan bahwa tujuan utama film ini adalah memberikan hiburan sekaligus edukasi. Menurutnya, masyarakat perlu lebih waspada terhadap kelompok-kelompok yang menggunakan kedok spiritualitas untuk kepentingan sesat.
“Banyak yang tertipu karena mereka menampilkan wajah ramah, tapi di baliknya ada manipulasi. Kami ingin film ini jadi pengingat,” jelas Roy.
Konteks Sosial: Bahaya Sekte Sesat
Fenomena sekte sesat bukan hal baru di Indonesia maupun dunia. Banyak kelompok yang menyamarkan diri sebagai komunitas spiritual, tetapi ternyata menjerumuskan anggotanya.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dan Kementerian Agama RI beberapa kali mengingatkan masyarakat agar berhati-hati dengan ajaran menyimpang yang menjanjikan kebahagiaan instan atau keselamatan tanpa dasar jelas.
Secara global, studi yang dirilis oleh Pew Research Center mencatat bahwa praktik kelompok keagamaan ekstrem sering kali menyasar orang-orang yang sedang mengalami krisis hidup—mulai dari masalah keluarga, ekonomi, hingga identitas diri. Situasi serupa yang dialami Ribka dalam film menjadi gambaran nyata bagaimana seseorang bisa rentan terjebak.
Horor dengan Sentuhan Religius
Yang menarik, Gereja Setan tidak hanya menampilkan adegan horor konvensional. Film ini menyisipkan nuansa spiritual dengan menyoroti pertarungan batin Ribka antara kegelapan dan cahaya.
Adegan ritual, simbol-simbol sesat, hingga interaksi dengan sosok Lucifer ditampilkan untuk membangun atmosfer menegangkan. Namun di balik itu, film ini juga menyelipkan pesan tentang kekuatan iman dan pilihan hidup.
Kombinasi ini membuat Gereja Setan bukan sekadar horor berdarah-darah, melainkan sebuah kisah tentang pencarian jati diri dalam pusaran kegelapan.
Dampak Psikologis dan Kultural
Film horor berbasis kisah nyata biasanya menimbulkan dampak psikologis lebih kuat dibanding cerita fiksi murni. Penonton cenderung lebih mudah merasa terhubung ketika tahu ada fakta yang melatarbelakanginya.
Menurut American Psychological Association (APA), tontonan horor bisa memicu reaksi biologis seperti peningkatan detak jantung, pelepasan adrenalin, hingga rasa kewaspadaan lebih tinggi. Meski menakutkan, pengalaman ini justru menjadi alasan banyak orang menikmati genre horor.
Secara kultural, film ini juga membuka ruang diskusi tentang fenomena sekte di Indonesia. Bagaimana mereka bekerja, siapa yang rentan terjebak, hingga bagaimana cara keluar dari jeratannya.
Rilis dan Ekspektasi Penonton
Gereja Setan resmi tayang di bioskop mulai 11 September. Dengan tema kontroversial namun relevan, film ini diprediksi akan menarik minat penonton lintas usia, khususnya mereka yang menggemari horor psikologis.
Beberapa kritikus film lokal menilai kehadiran Mongol Stres sebagai pemeran sekaligus saksi nyata menjadi nilai tambah tersendiri. Autentisitas kisah memberikan lapisan kedalaman yang jarang ditemukan dalam horor komersial.
Penutup
Film Gereja Setan hadir bukan hanya sebagai hiburan, tetapi juga sebagai peringatan tentang bahaya sekte sesat. Terinspirasi kisah nyata Mongol Stres, film ini mengajak penonton untuk memahami bahwa kerapuhan manusia bisa dimanfaatkan pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Bagi pencinta horor, film ini menyajikan ketegangan, simbol-simbol mistis, dan jalan cerita yang mencekam. Namun di sisi lain, ia juga menyampaikan pesan moral tentang pentingnya menjaga iman, kewaspadaan, dan dukungan sosial di tengah cobaan hidup.
Dengan nuansa horor yang dikemas apik, Gereja Setan berpotensi menjadi salah satu film horor Indonesia paling diperbincangkan tahun ini.