PTRO Kolaborasi dengan Petronas – Emiten energi milik konglomerat Prajogo Pangestu, PT Petrosea Tbk (PTRO), kembali menorehkan langkah besar di sektor energi nasional. Melalui anak usahanya, PT Hafar Daya Konstruksi (HDK), perusahaan resmi menandatangani kontrak kerja sama dengan anak usaha raksasa energi Malaysia, Petroliam Nasional Berhad (Petronas), senilai Rp156 miliar.
Kerja sama ini menandai penguatan sinergi lintas negara dalam mendukung pengembangan infrastruktur energi lepas pantai Indonesia. Proyek tersebut dilakukan bersama Petronas Carigali North Madura II Ltd., operator tunggal di Wilayah Kerja (WK) North Madura II).
Proyek Strategis di North Madura II
Kontrak bernilai sekitar US$9,5 juta ini diteken pada 9 November 2024, dengan HDK memegang porsi kepemilikan 51% di bawah PTRO. Dalam pengerjaannya, HDK akan berkolaborasi dengan PT Gunanusa Utama Fabricators, sebuah perusahaan nasional yang berpengalaman dalam konstruksi fasilitas migas lepas pantai.
Lingkup pekerjaan mencakup Engineering, Procurement, Construction, Installation, and Commissioning (EPCIC) untuk Integrated Wellhead Central Processing Platform (WHCPP), serta pembangunan Subsea Pipeline dan Pipeline End Terminal (PLET) pada Proyek Pengembangan Lapangan Hidayah Tahap 1.
“Proyek ini bukan sekadar kontrak komersial, melainkan langkah nyata untuk memperkuat kapasitas industri rekayasa dan konstruksi dalam negeri,” ujar Dito Danarianto Sudarbo, Wakil Presiden Direktur HDK, dalam keterangan resmi, Jumat (7/11/2025).
Mendorong Kemandirian Energi Nasional
Dito menegaskan, langkah ekspansif HDK sejalan dengan upaya nasional menuju kemandirian energi. Ia menambahkan bahwa kerja sama dengan Petronas menjadi bukti bahwa perusahaan Indonesia mampu bersaing di level internasional, sekaligus mendukung target pemerintah dalam memperkuat rantai pasok industri migas.
“Ekspansi bisnis ini merupakan bagian dari strategi diversifikasi dan penguatan kapabilitas EPCI Petrosea. Kami ingin menunjukkan bahwa perusahaan nasional dapat menjadi mitra strategis global tanpa kehilangan identitas lokal,” katanya.
Selain itu, Dito juga menegaskan bahwa HDK tidak memiliki hubungan afiliasi maupun kerja sama dengan PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), seperti yang sempat diberitakan sebelumnya. Ia menambahkan, konsorsium antara Hafar dan Gunanusa juga tidak menggunakan kapal milik CBRE dalam proyek ini.
BACA JUGA: Shanghai Port: Simbol Otomatisasi dan Nadi Perdagangan Global
PTRO Perkuat Posisi di Sektor Energi Lepas Pantai
Ekspansi HDK ini menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan non-organik PTRO, yang menitikberatkan pada diversifikasi bisnis dan peningkatan kemampuan di sektor Engineering, Procurement, Construction, and Installation (EPCI) lepas pantai.
Langkah ini juga menunjukkan arah baru PTRO dalam memperluas portofolio bisnisnya, tidak hanya di bidang pertambangan, tetapi juga pada proyek-proyek energi dan infrastruktur laut dalam.
Menurut laporan resmi PTRO, strategi ini diharapkan dapat mendukung agenda transisi energi Indonesia yang lebih efisien dan berkelanjutan.
“Proyek-proyek seperti ini sangat relevan dengan peta jalan energi nasional yang menekankan efisiensi, kolaborasi internasional, serta penerapan teknologi rekayasa terkini,” ungkap Dito.
Dukungan terhadap Transisi Energi dan Teknologi
Kerja sama dengan Petronas diyakini akan membawa transfer pengetahuan dan teknologi baru di bidang rekayasa lepas pantai. Hal ini selaras dengan target pemerintah untuk mempercepat transformasi industri energi menuju efisiensi dan keberlanjutan.
Menurut data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), sektor minyak dan gas bumi masih menyumbang lebih dari 25% terhadap bauran energi nasional, meskipun tren global tengah beralih ke sumber energi baru dan terbarukan (EBT).
Namun, proyek-proyek seperti pengembangan Lapangan Hidayah dinilai tetap penting untuk menjaga stabilitas pasokan energi nasional dalam masa transisi tersebut.
Selain itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa wilayah pesisir utara Jawa Timur, termasuk area North Madura, memiliki kondisi cuaca laut yang relatif stabil dan cocok untuk pengembangan infrastruktur migas lepas pantai. Faktor ini turut mendukung kelancaran pelaksanaan proyek EPCIC yang tengah dijalankan HDK.
Kinerja Saham PTRO Menguat
Langkah strategis ini langsung mendapat sambutan positif dari pasar. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), harga saham PTRO pada perdagangan Jumat (7/11/2025) menguat 4,73% ke level Rp8.300 per saham, dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp83,71 triliun.
Penguatan ini mencerminkan optimisme investor terhadap prospek bisnis Petrosea, terutama di sektor energi lepas pantai yang dinilai memiliki potensi besar dalam jangka panjang.
Analis pasar modal menilai, diversifikasi yang dilakukan PTRO menjadi katalis penting bagi pertumbuhan kinerja keuangan perusahaan di tengah fluktuasi harga komoditas global.
“Langkah PTRO menggandeng mitra strategis seperti Petronas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan lanskap energi global,” ujar salah satu analis pasar modal yang tidak ingin disebutkan namanya.
Prospek ke Depan: Sinergi Lokal dan Global
Kerja sama PTRO–Petronas ini tidak hanya berimplikasi ekonomi, tetapi juga menjadi simbol penguatan kerja sama energi regional di Asia Tenggara. Dalam konteks jangka panjang, proyek-proyek seperti ini diharapkan mampu membuka lapangan kerja baru, meningkatkan keterampilan tenaga lokal, dan memperluas adopsi teknologi industri 4.0 di sektor migas.
Petrosea sendiri menargetkan peningkatan kontribusi dari lini bisnis rekayasa dan konstruksi hingga 30% dari total pendapatan dalam tiga tahun mendatang. Proyek Hidayah Tahap 1 menjadi salah satu tonggak utama untuk mencapai target tersebut.
Dengan reputasi kuat dan dukungan grup Barito Pacific milik Prajogo Pangestu, PTRO dipandang berada di posisi strategis untuk terus memperluas kiprahnya di ranah energi nasional maupun internasional.
Kesimpulan
Kerja sama PTRO dan Petronas senilai Rp156 miliar ini menjadi tonggak penting dalam memperkuat kemandirian energi Indonesia. Proyek lepas pantai di North Madura II bukan hanya menandai kolaborasi bisnis, tetapi juga langkah strategis menuju industri migas yang lebih efisien, modern, dan berdaya saing global.
Dengan dukungan teknologi, investasi, dan sumber daya manusia yang kompeten, PTRO kian menegaskan posisinya sebagai pemain utama dalam peta energi Indonesia masa depan.
















