Denpasar – Sebuah tragedi laut kembali mengguncang Bali. Sebuah kapal cepat yang mengangkut puluhan wisatawan terbalik akibat dihantam ombak besar di dekat Pelabuhan Sanur, Selasa (5/8) sore. Insiden ini menewaskan dua turis asal Tiongkok dan membuat satu awak kapal hingga kini masih dinyatakan hilang.
Kapal cepat Bali Dolphin Cruise 2 tengah dalam pelayaran dari Nusa Penida menuju Sanur saat kecelakaan terjadi sekitar pukul 15.10 WITA. Menurut laporan resmi, kapal terguling setelah melewati pelampung navigasi yang menandai pintu masuk pelabuhan. Ombak besar yang mendadak datang dari arah timur menghantam kapal hingga terbalik dalam hitungan detik.
“Beberapa kapal lain masuk dengan selamat sekitar waktu itu, tetapi kapal ini tampaknya tidak berhasil mengantisipasi gelombang besar yang datang,” ujar Aprianus Hangki, Kepala Otoritas Pelabuhan Kelas II Benoa, dalam konferensi pers di Denpasar.
Kapal tersebut membawa total 80 orang — terdiri dari 73 wisatawan asing, dua penumpang lokal, dan lima awak kapal. Dari keseluruhan penumpang, 77 berhasil dievakuasi dengan selamat, dua orang tewas, dan satu awak kapal masih dalam pencarian.
Wisatawan Tiongkok Jadi Korban
Dua korban jiwa dalam kecelakaan ini adalah wisatawan asal Tiongkok. Mereka dilaporkan sudah tidak sadarkan diri saat berhasil dievakuasi dari perairan dan dinyatakan meninggal dunia di RSUP Prof. Ngoerah, Denpasar.
Sedangkan awak kapal yang belum ditemukan adalah Kadek Adi, pria berusia 23 tahun asal Karangasem. Tim SAR masih melakukan penyisiran sejak Selasa malam hingga Rabu dini hari, namun belum menemukan tanda-tanda keberadaannya.
“Kami melakukan penyisiran dengan dukungan kapal patroli, perahu karet, dan drone pencari panas. Area pencarian diperluas ke arah timur laut, mengingat kemungkinan korban terbawa arus,” ungkap Gede Darmada, Kepala Basarnas Bali.
Gelombang Tinggi dan Cuaca Buruk Jadi Faktor
Menurut data prakiraan gelombang dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), wilayah perairan selatan Bali pada hari kejadian memang sedang mengalami peningkatan aktivitas gelombang.
“Tinggi gelombang di sekitar perairan Sanur dan Nusa Penida tercatat mencapai 2,5 hingga 3 meter pada sore hari,” terang Ardhi Setiawan, Prakirawan BMKG Wilayah III Denpasar.
BMKG telah mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem di beberapa wilayah perairan Bali, termasuk peringatan bagi kapal cepat dan nelayan untuk mewaspadai gelombang tinggi. Kondisi ini diperparah oleh angin kencang yang bertiup dari arah tenggara, berkecepatan hingga 25 knot.
Pemerintah Bergerak Cepat
Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi menyatakan bahwa pihaknya telah membentuk tim investigasi khusus untuk mengusut penyebab pasti kecelakaan kapal cepat tersebut.
“Atas nama pemerintah, kami menyampaikan belasungkawa kepada keluarga korban. Kami juga akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap keselamatan pelayaran di jalur-jalur wisata laut Bali,” katanya melalui keterangan resmi.
Kementerian Perhubungan juga langsung mengeluarkan Notice to Mariners (NtM) — peringatan resmi bagi seluruh kapal yang beroperasi di area perairan Bali selatan. NtM tersebut menginstruksikan agar seluruh operator kapal cepat meningkatkan kewaspadaan dan memperhatikan informasi cuaca serta gelombang dari BMKG secara berkala.
Selain itu, Ditjen Perhubungan Laut akan memeriksa kelayakan operasional kapal Bali Dolphin Cruise 2 serta dokumen kelautan lainnya, termasuk prosedur keselamatan yang diterapkan oleh awak kapal saat kejadian.
Industri Wisata Laut Perlu Pembenahan
Kecelakaan kapal cepat di jalur Nusa Penida–Sanur bukan kali pertama terjadi. Dalam lima tahun terakhir, tercatat beberapa insiden serupa meski dengan skala dan dampak yang berbeda. Jalur ini memang padat oleh wisatawan karena menjadi akses utama menuju salah satu pulau wisata paling populer di Bali.
Namun, padatnya lalu lintas laut tidak selalu diimbangi dengan kesiapan standar keselamatan kapal dan operatornya. Beberapa pelaku wisata laut menilai bahwa pengawasan terhadap armada kapal wisata masih belum maksimal.
“Banyak kapal cepat beroperasi nyaris setiap jam tanpa jeda. Kadang mereka abaikan kondisi cuaca demi memenuhi jadwal,” ujar Komang Widiana, pelaku wisata laut di Nusa Penida.
Widiana berharap kejadian tragis ini menjadi momentum bagi pemerintah untuk memperketat pengawasan terhadap seluruh operator kapal wisata, termasuk dari sisi pelatihan awak, pengecekan kondisi kapal, hingga kepatuhan pada informasi cuaca.
Harapan dan Peringatan
Insiden ini menyisakan duka yang mendalam, terutama bagi keluarga korban yang sedang berlibur menikmati keindahan Bali. Di sisi lain, tragedi ini juga menjadi pengingat bahwa keselamatan dalam sektor pariwisata, terutama wisata laut, harus menjadi prioritas.
Bali sebagai destinasi unggulan dunia tentu harus menjaga standar tinggi dalam pelayanan, termasuk keamanan bagi wisatawan.
BMKG juga mengimbau agar semua pihak, mulai dari operator kapal hingga wisatawan, lebih memperhatikan prakiraan cuaca harian sebelum melakukan aktivitas di laut.
“Informasi cuaca kami diperbarui setiap 6 jam. Bisa diakses gratis melalui situs resmi BMKG atau aplikasi InfoBMKG,” jelas Ardhi Setiawan.
Sementara itu, operasi pencarian terhadap awak kapal yang hilang masih terus dilanjutkan. Pihak Basarnas menyatakan akan tetap melakukan penyisiran hingga beberapa hari ke depan, atau sampai kondisi memungkinkan untuk dihentikan sesuai prosedur.