Animasi GIF vertikal panjang
Animasi GIF vertikal panjang
banner 728x250
Bisnis  

Suku Bunga AS Turun, Bitcoin Mendekati Rp2 Miliar: Tren Baru atau Euforia Sementara?

Bitcoin
banner 120x600
banner 468x60

Harga Bitcoin (BTC) kembali menjadi sorotan setelah bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (The Fed), memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin pada Rabu, 17 September 2025 waktu setempat. Keputusan ini menandai pemangkasan pertama sejak Desember 2024, di tengah tanda-tanda perlambatan ekonomi Negeri Paman Sam.

Berdasarkan data pasar kripto global, BTC sempat diperdagangkan mendekati USD117 ribu atau sekitar Rp1,93 miliar (kurs Rp16.521 per dolar AS) beberapa jam setelah pengumuman. Meski kemudian terkoreksi tipis ke USD116.600, tren penguatan masih terlihat jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya.

banner 325x300

Mengapa Suku Bunga The Fed Penting untuk Bitcoin?

Langkah The Fed memengaruhi hampir semua kelas aset, termasuk kripto. Suku bunga yang lebih rendah biasanya menekan imbal hasil obligasi, mendorong investor mencari alternatif aset berisiko dengan potensi keuntungan lebih besar.

Ketua The Fed, Jerome Powell, menegaskan pemangkasan kali ini dilakukan sebagai langkah “manajemen risiko.” Ia menyoroti adanya revisi ke bawah sekitar 900 ribu lapangan kerja dalam setahun terakhir, serta sinyal perlambatan pertumbuhan ekonomi.

“Jika kondisi ekonomi memburuk, kami siap melakukan penyesuaian tambahan,” ujar Powell dalam konferensi pers pascapengumuman kebijakan moneter tersebut.

Bagi investor kripto, sinyal ini dianggap peluang. Likuiditas global yang lebih longgar sering kali berujung pada aliran dana masuk ke pasar digital asset, termasuk bitcoin.

Reaksi Pasar Kripto: Stabil tapi Penuh Ekspektasi

Meskipun tidak terjadi lonjakan instan, pasar kripto menunjukkan optimisme jangka menengah. Data CoinGecko memperlihatkan volume transaksi BTC meningkat 8 persen dalam 24 jam terakhir, menandakan minat beli tetap tinggi.

Produk ETF Bitcoin spot di Amerika Serikat juga mencatat arus masuk bersih sebesar 20.685 BTC pada pekan lalu—tertinggi sejak Juli 2025. Dengan tambahan ini, total kepemilikan ETF mencapai 1,32 juta BTC. Fakta tersebut dianggap sinyal bahwa institusi besar semakin percaya diri terhadap prospek bitcoin.

Fyqieh Fachrur, analis dari Tokocrypto, menyebut stabilitas harga pasca keputusan The Fed sudah sesuai ekspektasi pasar.

“Pemangkasan ini memang tidak memberi lonjakan harga instan, karena sebagian besar sudah diperhitungkan sebelumnya. Namun jika The Fed melanjutkan pemangkasan lagi, maka peluang bitcoin menembus USD120 ribu atau sekitar Rp1,98 miliar terbuka lebar,” kata Fyqieh dalam keterangan tertulis, Senin (22/9).

BACA JUGA: Angin Segar ke BBNI, Saham Bank Negara Indonesia Dinilai Punya Ruang Menguat

Riwayat: Suku Bunga Turun, Bitcoin Tidak Selalu Naik

Sejarah menunjukkan hubungan antara suku bunga rendah dan harga bitcoin tidak selalu linear. Pada Desember 2024, The Fed juga memangkas suku bunga. Saat itu BTC diperdagangkan di sekitar USD106 ribu, tetapi justru merosot hampir 30 persen dalam beberapa minggu setelahnya.

Kondisi serupa bisa terjadi lagi, terutama jika investor memilih mengambil untung cepat setelah reli singkat. Itulah mengapa banyak pelaku pasar saat ini lebih berhati-hati meskipun optimisme tetap ada.

Menurut laporan Bank for International Settlements (BIS), volatilitas bitcoin cenderung meningkat setelah kejutan kebijakan moneter, terutama ketika pergerakan harga sudah berada di level tinggi.

Bitcoin sebagai Aset Lindung Nilai

Meski demikian, minat investor institusi yang terus tumbuh memberi warna baru bagi pergerakan bitcoin. Arus masuk ke ETF spot mencerminkan adanya pergeseran pandangan: bitcoin kini dilihat bukan hanya sebagai instrumen spekulatif, tetapi juga sebagai aset lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan dolar.

Fyqieh menilai tren ini bisa menopang harga BTC dalam jangka menengah. “Selama sentimen makro tetap dovish, ruang kenaikan BTC masih terbuka lebar. Investor kini tidak hanya mencari keuntungan jangka pendek, tetapi juga diversifikasi portofolio,” jelasnya.

Proyeksi The Fed: Suku Bunga Bisa Turun Lagi

Dalam proyeksi terbarunya, The Fed memperkirakan suku bunga bisa turun hingga 3,6 persen pada akhir 2025. Itu berarti ada kemungkinan dua kali pemangkasan tambahan dalam beberapa bulan mendatang.

Jika skenario tersebut terwujud, maka aset berisiko, termasuk saham teknologi dan kripto, diperkirakan mendapat dorongan lebih besar.

Namun, faktor eksternal seperti geopolitik global dan ketidakpastian politik domestik di AS tetap menjadi variabel penting. Ketegangan di Timur Tengah dan agenda pemilu AS tahun depan dapat memicu volatilitas yang signifikan.

Sudut Pandang Investor: Antara Harapan dan Waspada

Bagi sebagian investor ritel di Indonesia, harga bitcoin yang kembali mendekati Rp2 miliar menimbulkan pertanyaan besar: apakah ini saat yang tepat untuk masuk pasar?

Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat nilai transaksi aset kripto di Indonesia tumbuh 33 persen pada paruh pertama 2025. Bitcoin masih menjadi aset dominan dengan porsi lebih dari 40 persen total transaksi.

Meski tren jangka panjang menunjukkan penguatan, risiko koreksi tetap ada. Investor disarankan memperhatikan prinsip diversifikasi dan tidak mengalokasikan seluruh modal hanya pada BTC.

“Bitcoin bisa menjadi bagian dari strategi jangka panjang, tetapi volatilitasnya tetap tinggi. Investor perlu memperhitungkan faktor risiko sebelum masuk,” kata salah satu analis independen di Jakarta.

Perspektif Global: Apa Kata Lembaga Resmi?

Menurut laporan terbaru International Monetary Fund (IMF), penurunan suku bunga acuan global cenderung meningkatkan minat pada aset digital, terutama di kalangan generasi muda. Namun IMF juga menekankan bahwa regulasi yang jelas tetap menjadi kunci agar pasar kripto lebih stabil dan aman.

Sementara itu, Bank Indonesia (BI) dalam laporannya bulan Agustus 2025 menyebut tren global memang berpengaruh pada pasar domestik. BI menegaskan pentingnya edukasi publik agar investor memahami risiko tinggi yang melekat pada kripto.

Kesimpulan: BTC Menuju Rp2 Miliar, tapi Jalan Tidak Mulus

Harga bitcoin kembali mencatatkan kinerja impresif setelah The Fed menurunkan suku bunga. Dengan optimisme institusi, arus masuk ETF, serta proyeksi pemangkasan lanjutan, peluang BTC menembus Rp2 miliar terbuka lebar.

Namun, riwayat menunjukkan euforia bisa dengan cepat berubah menjadi koreksi tajam. Investor disarankan tidak terburu-buru, melainkan membaca arah kebijakan The Fed berikutnya dan perkembangan geopolitik global.

Bitcoin memang semakin dilirik sebagai aset lindung nilai di era ketidakpastian, tetapi volatilitas tetap menjadi ciri khas. Pertanyaan besar yang tersisa: apakah kali ini BTC benar-benar akan menembus Rp2 miliar, atau justru mengulang pola koreksi seperti sebelumnya?

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *