banner 728x250

7 Alasan Mengejutkan Kenapa Blackberry Bekas Ini Sekarang Viral—Siap Bikin Kamu Pangling!

Blackberry Bekas
banner 120x600
banner 468x60

Blackberry Bekas

Blackberry Bekas – Aku masih ingat betul waktu pertama kali tahu kalau blackberry bekas tiba-tiba jadi barang yang digandrungi Gen Z. Waktu itu, sekitar tanggal 15 Juni 2025, aku lagi nongkrong di kafe favorit pukul 17.30 WIB, sambil scroll TikTok. Tiba-tiba muncul video unboxing BB klasik dari tahun 2010 dan caption-nya: “iPhone? Bye! Saatnya nostalgia dengan blackberry bekas!” Kok ya rasanya detak jantungku itu kayak dipencet pake tombol Enter BB 😅.

What terjadi? Aku pun kepo dong, dan langsung browsing artikel sampai larut malam. Tapi nggak cuma itu, aku juga hunting langsung ke beberapa toko ponsel bekas di pasar.

banner 325x300

Aku, sebagai penggemar gadget lawas, langsung merasa excited dan agak neurotik. Kenapa konten itu bisa viral? Siapa orang-orang di balik tren ini? Where sih tempat-tempat yang jualan blackberry bekas itu? How bisa harga jual melonjak tiba-tiba? Semua dipikirin habis-habisan sampai aku ketiduran jam 2 pagi karena terlalu semangat menulis draft sendiri.

Apa yang terjadi?

Gen Z—generasi yang lahir di atas 1995—tiba-tiba heboh sama gadget lawas. Kabarnya, video unboxing dan review blackberry bekas sudah ditonton jutaan kali dalam hitungan hari. Memang sih, tren barang pre-loved itu umum. Tapi yang bikin heboh adalah: kalau biasanya barang jadul cuma jadi koleksi, sekarang gadget ini malah dipakai chat, main game ringan, dan dandan stylEH di Snapgram. Harga yang tadinya di kisaran Rp 150.000–Rp 300.000, kini ada yang dijual sampai Rp 800.000 bahkan Rp 1.200.000. Gila, kan?

Kenapa bisa semacam ini?

Menurut analis gadget, ada dua alasan kuat. Pertama, ada dorongan nostalgia—sentiment yang luar biasa kalau kembali ke masa-masa sebelum smartphone dominasi. Kedua, ada faktor eksklusivitas social media. Gen Z suka barang unik biar enggak mainstream. Jadi kalau pake blackberry bekas, feel-nya beda banget. Itu sih argumen logisnya—namun aku mengalaminya secara emosional; aku sampai ngerasa seolah-olah balik ke tahun 2009 saat aku pasang BBM dan ngetik 160 karakter pertama.

Siapa yang terlibat?

Pas aku lacak di TikTok dan Instagram, muncul banyak video dari “reseller smartphone lawas” yang dulu sepi pembeli. Mereka tiba-tiba kebanjiran order cuma karena ada hastag #bbclassic, #blackberrybekas, #nostalgia. Bahkan sempet ada influencer lokal yang bikin konten: “Blackberry ini bisa bikin kamu 10 tahun lebih muda!” Iya, lebay, tapi dia menyebut angka—“sudah lebih dari 500 unit terjual dalam 3 hari.” Aku kira dia ngaco, tapi terbukti karena stok di tiga toko lokal Medan langsung terkuras dalam sehari. Ceritanya pernah dia wiritin stok 20 unit, tapi habis dalam 12 jam aja.

Kapan dan di mana fenomena ini terjadi?

Fenomena ini meledak sejak awal Juni 2025. Mulai video viral kuartal pertama Juni, lalu minggu kedua stock mulai tipis di pasar gadget bekas. Kalau aku, hunting di Pasar Maimun tanggal 16 Juni, jam 14.00, dan tau-tau cuma nemu dua unit Blackberry Bold 9000 yang masih menyala. Aku pun langsung beli satu seharga Rp 600.000, meski lecet di bodi, tapi layarnya masih cakep. Aku beneran deg-degan pas tombol “menu” masih bisa ditekan. Rasanya nostalgic banget, deh.

BACA JUGA: Nostalgia Blackberry: 7 Alasan Kenapa Aku Nggak Bisa Move On dari HP Heboh Ini

Gimana prosesnya sampai tren ini jadi nyata di lapangan?

Aku sempet wawancara santai sama penjual barang bekas. Mereka cerita kalau sekarang pembelinya rata-rata cewek-cewek Gen Z umur 18–24 tahun, mereka bilang karena kamera BB-nya memberikan vibe film jadul, dan tombol fisiknya bikin terasa lebih personal. “Rasanya beda banget sih pakai keypad, bukan swipe,” kata salah satu reseller yang aku temui. Prosesnya cukup simple: beli stock bekas di lapak atau lelang online, bersihkan, cek fungsi BBM, Wi-Fi, chat—terus listing di toko online. Dalam sehari dua mereka bisa jual 5–10 unit.

Sepanjang minggu itu, aku sempat mengalami banyak drama kecil. Misalnya: aku beli 2 unit BB bekas secara online, tapi baru nyadar salah satunya mati total setelah tiga hari. Aku kesalkan diri karena nggak baca deskripsi dengan teliti—padahal tertulis “fungsi,” tapi aku salah artikan. Aduh, rasanya frustrasi banget pas cek login BBM gagal. Untungnya, aku bisa tukar ke toko offline. Tapi malam-malam aku sempet nangis kecil karena ngerasa ditipu sendiri. Hehe.

Tapi di sisi lain, aku juga ngerasain kebahagiaan pas ketemu teman lama (SD dan SMP) di grup WA yang tiba-tiba kirim pesan: mereka juga ikutan beli blackberry bekas! Bahkan ada yang nostalgia banget sampai bilang: “Ini tombol mute di BB Bold, semua chat malamku hilang karena tombol itu aktif, haha!” Celotehan mereka bikin aku senyum-senyum sendiri. That moment benar-benar menguatkan rasa bahwa tren ini bukan cuma soal gadget, tapi soal memori kolektif.

Saat ini, di beberapa grup marketplace, postingan seperti “Jual BlackBerry Q10 bekas, $90,” atau “BlackBerry Torch lengkap box dan charger, harga Rp 950.000 nego,” banyak sekali yang mendapatkan lebih dari 50 like dan komentar “Aku mauuu!” dalam beberapa jam. Tren ini pun bikin aku belajar sesuatu:

  • Nostalgia itu powerful—itu bukan sekadar flashback, tapi menghubungkan identitas generasi.
  • Barang second-hand bisa jadi sangat bernilai kalau dibungkus dengan cerita yang tepat—ini semacam lesson learned dalam dunia digital marketing.
  • Emotional storytelling benar-benar bikin orang merasa relate dan akhirnya membeli—aku sendiri jadi sok paham konsumennya Gen Z.

Sekarang aku sadar, kalau mau ikutan tren ini, beberapa tips yang bisa aku bagikan dari pengalaman pribadi:

Pertama, cek kondisi hardware dengan saksama. Pastikan tombol keypad semuanya berfungsi, layar nggak retak, dan baterai masih awet. Second, update aplikasi yang masih bisa berjalan di OS BlackBerry lama—misalnya BBM, browser, atau email. Ketiga, bersihkan secara mikro, termasuk port charger dan speaker. Aku sampai pakai cotton bud dan kaleng udara tekan kecil—ribet sih, tapi worth it.

Penutup

Dari pengalaman ini aku jadi ngerti lebih dalam: sebuah blackberry bekas bukan cuma barang antik, tapi simbol nostalgia dan identitas yang kuat—apalagi buat Gen Z yang haus akan keunikan dan autentisitas. Aku juga belajar pentingnya ketelitian dalam membeli barang bekas—karena satu kesalahan kecil bisa ngerusak mood dan keuangan. Sekarang aku benar-benar bisa bilang: ini bukan sekadar ponsel, tapi portal waktu.

Kalau kamu pernah punya atau malah baru beli blackberry bekas, share dong pengalaman atau tips kamu. Apa yang paling kamu suka dari gadget itu?

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *