banner 728x250

Internet Mati Total! Ribuan Warga Albuquerque Terkepung Dunia Offline Akibat Kabel Terputus

Internet Mati Total
banner 120x600
banner 468x60

Internet

Internet – Selasa pagi itu, kota Albuquerque seolah terhisap ke dalam lubang hitam digital. Ribuan warga tersentak mendapati satu hal yang selama ini mereka anggap pasti—koneksi internet—tiba-tiba lenyap begitu saja. Bukan hanya gangguan sejenak atau buffering yang menyebalkan. Ini pemadaman total. Sunyi dari dunia daring.

Sekitar 15.000 orang terputus dari internet selama lebih dari 24 jam. Di tengah era yang menuntut konektivitas konstan, keheningan digital ini bukan sekadar jeda. Ia menjadi krisis.

banner 325x300

Di jantung kawasan metro, tepat di sekitar Elm dan Silver, suasana berubah drastis. Hotel Zazz, sebuah penginapan bergaya modern yang mengandalkan teknologi sebagai nadi pelayanan, lumpuh mendadak. Sang Chief Experience Officer, Dr. Sharmin Dharas, nyaris tak bisa menyembunyikan kekesalannya.

“Saya sangat frustrasi. Mereka bilang internet akan kembali pukul tiga sore—dan itu waktu check-in kami,” ujarnya. “Tapi kenyataannya, belum ada satu bit pun yang kembali.”

Hotel Zazz bukan sembarang hotel. Di sana, tamu check-in dengan kode digital, pintu kamar terbuka dengan sistem pintar, komunikasi dilakukan melalui pesan teks, dan lounge mereka—Zima Vine Lounge—mengandalkan layanan internet berkecepatan tinggi untuk operasionalnya.

Ketika kabel serat optik Comcast putus, semua itu langsung rontok.

Di balik insiden ini, ada cerita yang lebih rumit dari sekadar gangguan teknis. Masalah bermula dari kebocoran pipa gas alam di kawasan Elm dan Silver. Menurut New Mexico Gas Company (NMGC), insiden itu dipicu oleh aktivitas pengeboran oleh pihak ketiga yang sedang memasang kabel serat optik di bawah tanah.

Akibatnya, pipa gas bocor. NMGC pun turun tangan untuk memperbaiki. Namun dalam proses itu, malang tak dapat ditolak—kabel internet utama milik Comcast malah ikut tergilas dan rusak parah.

“Jadi bisa dibilang, ini kecelakaan beruntun bawah tanah,” ujar seorang teknisi yang enggan disebut namanya. “Pihak ketiga memicu masalah pertama, NMGC mencoba menyelesaikannya, dan kami—Comcast—harus memperbaiki kerusakan akhir.”

Selama kru Comcast bekerja siang dan malam untuk menyambung kembali urat nadi digital Albuquerque, kehidupan warga terus terganggu. Salah satunya adalah Chas Alonen, warga yang bekerja dari rumah dan sangat bergantung pada koneksi internet.

“Biasanya kalau internet mati, paling lama dua jam. Tapi ini sudah lebih dari sehari penuh,” katanya. “Saya harus pakai hotspot, tapi sinyalnya kacau. Zoom call jadi mimpi buruk.”

Tak hanya pekerjaan, bahkan kehidupan rumah tangga Chas ikut terganggu. Lampu pintar tidak menyala, kamera pengintai offline, dan sistem otomatis rumah lumpuh.

“Yang paling ironis,” tambahnya dengan tawa getir, “katanya kami bisa dapat kompensasi, tapi bagaimana cara klaim kalau akses internet-nya belum ada?”

Kondisi ini semakin menyulitkan karena waktu kejadian bertepatan dengan musim paling sibuk di kota tersebut. Konferensi tahunan, Summerfest, dan perayaan 100 tahun Route 66 sedang berlangsung. Hotel-hotel penuh, restoran ramai, dan tentu saja, semua layanan membutuhkan koneksi internet yang stabil.

“Bulan Juli adalah masa panen bagi industri hospitality di Albuquerque,” ujar Dharas. “Dan sekarang kami malah harus menjelaskan kepada tamu-tamu dari luar kota kenapa mereka tidak bisa membuka pintu kamar mereka sendiri.”

Peta pemadaman yang dirilis oleh Comcast Xfinity pada Selasa malam menunjukkan lebih dari 6.000 pelanggan masih belum tersambung kembali ke internet. Sementara itu, NMGC telah merampungkan perbaikan pipa gas sejak Selasa pagi dan menyerahkan area terdampak kembali ke Comcast.

Internet, yang selama ini kita anggap seperti udara—selalu ada, selalu tersedia—tiba-tiba menghilang. Dan masyarakat dibuat sadar, betapa rapuhnya ketergantungan kita pada kabel-kabel kecil di bawah tanah yang tak pernah kita lihat.

“Lucu ya,” kata Alonen sambil menatap layar laptopnya yang kosong. “Selama ini kita pikir masalah koneksi hanya terjadi di pelosok. Tapi ternyata, di pusat kota pun bisa terjadi.”

Situasi ini memunculkan pertanyaan lebih besar. Seberapa siapkah kota-kota besar seperti Albuquerque menghadapi insiden jaringan seperti ini? Adakah sistem cadangan? Apakah provider internet dan perusahaan infrastruktur bisa berkoordinasi lebih baik?

Comcast sendiri menyampaikan bahwa mereka mengerahkan kru secara penuh selama hampir 24 jam untuk mengatasi kerusakan ini. Namun belum ada kepastian kapan seluruh pelanggan bisa kembali online secara normal.

Dalam keterangan resmi, NMGC menjelaskan detail kronologi sebagai berikut:

“Kru kami merespons laporan kebocoran gas pada Senin malam. Kebocoran itu terjadi akibat aktivitas pengeboran oleh pihak ketiga yang sedang memasang kabel serat optik, dan mereka tidak sengaja mengenai pipa gas bawah tanah. Saat kami melakukan perbaikan, kabel internet Comcast juga terkena dampaknya.”

Lebih lanjut, NMGC menegaskan bahwa mereka telah menyelesaikan tugasnya pada Selasa pagi, dan sisanya diserahkan kepada penyedia layanan internet untuk perbaikan lebih lanjut.

Namun bagi masyarakat, penjelasan itu hanya menenangkan di permukaan. Karena realitanya, dunia mereka masih sepi. Tanpa suara notifikasi. Tanpa email. Tanpa musik streaming, tanpa Netflix, bahkan tanpa sekadar browsing.

Kisah ini menjadi pengingat keras bahwa di balik kecepatan internet yang kita nikmati hari-hari ini, ada infrastruktur yang sangat rentan. Satu kesalahan teknis saja, dan kehidupan modern bisa berubah jadi serba analog dalam sekejap.

Dan ketika semuanya padam, baru terasa betapa “terhubung” kini menjadi kebutuhan dasar manusia modern. Tidak sekadar kemewahan, tetapi semacam oksigen virtual yang menopang ritme hidup sehari-hari.

Warga Albuquerque kini menunggu. Menanti internet kembali, seperti orang yang menunggu listrik pulih setelah badai.

Dan sampai kabel terakhir tersambung, sampai notifikasi pertama kembali muncul di layar ponsel, kota ini tetap berada dalam jeda yang sunyi. Sebuah momen langka di abad ke-21: ketika kehidupan digital benar-benar berhenti.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *