Tunjungan Plaza
Tunjungan Plaza – Pada Jumat pagi yang biasa di pusat kota Surabaya, suasana belanja di Tunjungan Plaza mendadak berubah muram. Di antara lalu-lalang pengunjung dan gemerlap etalase, sebuah insiden tragis mengejutkan siapa pun yang berada di mal ikonik itu. Seorang pria, yang belakangan diketahui berinisial ARF, berusia 34 tahun, dan berasal dari Sinjai Utara, Sulawesi Selatan, ditemukan tak bernyawa di lantai dasar Tunjungan Plaza 5.
Waktu seolah berhenti di sekitar pukul 10.20 WIB, ketika tubuh ARF menghantam lantai dasar setelah jatuh dari lantai 5. Suasana langsung mencekam. Petugas keamanan bergegas menutup lokasi dengan tenda putih, membatasi akses sambil menenangkan pengunjung yang mulai panik. Sementara di atas, jejak langkah terakhir ARF masih tersisa di pinggir pagar kaca lantai lima.
Detik-Detik Menjelang Kejatuhan
Kompol Rizki Santoso, Kapolsek Tegalsari, yang memimpin penyelidikan awal, menyampaikan bahwa kamera pengawas menangkap gerak-gerik mencurigakan ARF sebelum peristiwa naas itu terjadi. Ia terlihat mondar-mandir di dekat pagar kaca, seolah sedang menimbang sesuatu yang berat dalam pikirannya.
“Korban tampak mengamati ke bawah beberapa kali. Sepertinya sedang memikirkan sesuatu dengan serius,” ujar Rizki dalam keterangan pers, Jumat siang.
ARF kemudian sempat turun mengikuti arah eskalator, tapi bukan untuk keluar seperti pengunjung biasa. Justru di momen itulah, ia mengambil keputusan mengejutkan—melompat dari sisi kanan eskalator yang sedang berjalan.
“Dia tidak jatuh karena terpeleset. Dari rekaman dan keterangan saksi, terlihat itu adalah tindakan yang disengaja,” tambah Rizki, menekankan bahwa dugaan sementara adalah bunuh diri.
Sepucuk Kertas yang Menyimpan Cerita
Saat petugas melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP), sebuah petunjuk penting ditemukan di dekat jasad korban—selembar surat gadai. Dokumen itu bertanggal 26 Juni 2025, hanya sehari sebelum peristiwa memilukan ini terjadi. Isinya menunjukkan bahwa ARF telah menggadaikan ponselnya, barangkali sebagai upaya terakhir untuk mendapatkan uang tunai.
“Surat gadai ini membuka kemungkinan bahwa motifnya berkaitan dengan tekanan ekonomi. Kami sedang melakukan pendalaman dengan pihak keluarga untuk memastikan hal ini,” jelas Rizki lebih lanjut.
Gadget, yang dalam dunia modern adalah simbol koneksi dan eksistensi, justru menjadi benda terakhir yang dilepas ARF demi bertahan. Sebuah ironi pahit yang menambah lapisan duka pada tragedi ini.
Situasi di Tunjungan Plaza Pasca-Kejadian
Saat reporter suarasurabaya.net tiba di lokasi sekitar pukul 11.21 WIB, suasana sudah tertata. Keamanan Tunjungan Plaza langsung sigap. Area kejadian dijaga ketat, tidak hanya di lantai dasar tempat korban ditemukan, tapi juga di seluruh akses yang menghubungkan TP 4 dan TP 5.
Pengunjung yang ingin melewati jalur tersebut diarahkan ke lobby lain. Ada kesunyian yang tak biasa di lorong-lorong mall, meski musik lembut tetap mengalun di latar belakang. Kehidupan tetap berjalan, tetapi dengan ritme yang terguncang oleh tragedi.
Menariknya, manajemen Tunjungan Plaza tidak menutup operasional mall sepenuhnya. Aktivitas belanja tetap berlangsung, meski dengan nuansa berbeda. Beberapa pengunjung memilih membatalkan agenda mereka, sementara lainnya tetap berbelanja dengan ekspresi bingung atau sedih. Ada yang diam menatap ke atas, ke lantai lima, membayangkan langkah terakhir yang diambil seseorang di sana.
Potret Keputusasaan di Kota Metropolitan
Surabaya, sebagai kota besar, tak asing dengan hiruk-pikuk urban dan segala tantangannya. Tapi tragedi seperti ini seolah menjadi alarm senyap bagi kita semua. Di balik kesibukan dan gemerlapnya mal seperti Tunjungan Plaza, tersimpan realita bahwa tidak semua orang berada dalam kondisi yang stabil—secara mental maupun finansial.
ARF bukan satu-satunya, mungkin juga bukan yang terakhir. Tapi kisahnya menjadi representasi nyata dari tekanan ekonomi yang kian mencengkram masyarakat, bahkan mereka yang mencoba bertahan di kota sebesar Surabaya. Apalagi, penggadaian ponsel—barang yang sangat personal dan penting di era digital—menandakan bahwa korban berada dalam kondisi terdesak.
Penelusuran Lanjutan oleh Polisi
Hingga saat ini, penyelidikan masih berlanjut. Polisi tengah menghubungi dan mendalami keterangan dari keluarga ARF di Sulawesi Selatan. Informasi tentang latar belakangnya, pekerjaan, dan kondisi psikologisnya sebelum datang ke Surabaya menjadi bagian penting dari puzzle ini.
Kompol Rizki juga menyebutkan bahwa tidak ditemukan tanda-tanda kekerasan atau indikasi keterlibatan pihak ketiga. “Namun kami tetap membuka kemungkinan lain dan tidak menutup jalur penyelidikan sampai semua data terkumpul,” katanya.
Respons Publik dan Refleksi Sosial
Kabar mengenai insiden ini dengan cepat menyebar di media sosial. Banyak netizen yang menyampaikan duka, namun tak sedikit juga yang mengangkat isu kesehatan mental dan ketimpangan sosial ekonomi. Tagar #TunjunganPlaza menjadi trending, bukan karena promo diskon, tapi karena sebuah tragedi yang menyentuh nurani publik.
Beberapa warganet bahkan menyuarakan pentingnya kehadiran pusat konsultasi psikologis di area publik seperti mall. Mereka menilai bahwa tempat-tempat umum seharusnya bisa menjadi ruang aman, bukan sekadar tempat konsumtif.
Tunjungan Plaza, Lebih dari Sekadar Mall
Sebagai salah satu pusat perbelanjaan terbesar dan tertua di Surabaya, Tunjungan Plaza punya tempat khusus di hati warganya. Mall ini bukan hanya tempat belanja, tapi juga ruang sosial, lokasi pertemuan, dan simbol kemajuan kota. Tragedi seperti ini tentu meninggalkan luka dalam.
Di antara dinding kaca dan lantai berkilau, tersimpan kisah seorang pria yang mungkin datang dengan harapan, namun pulang dengan keputusasaan. Tunjungan Plaza, yang selama ini dikenal sebagai tempat bersinar, kini menjadi saksi bisu sebuah malam yang mendung di tengah siang bolong.
Catatan Akhir:
Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami tekanan psikologis, depresi, atau pikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera hubungi layanan bantuan profesional. Anda tidak sendiri. Ada jalan keluar. Ada orang yang peduli. Kadang, satu percakapan bisa menyelamatkan hidup.