banner 728x250
Bisnis  

Robert Kiyosaki Prediksi Bitcoin Akan Ambruk: Peluang Emas atau Bencana Kripto?

Robert Kiyosaki
banner 120x600
banner 468x60

Robert Kiyosaki

Robert Kiyosaki – Di dunia investasi yang tak pernah tidur, satu suara kerap terdengar lebih lantang dari yang lain—Robert Kiyosaki. Penulis buku fenomenal Rich Dad Poor Dad ini kembali mengguncang jagat keuangan dengan ramalan terbarunya yang, seperti biasa, menggoda sekaligus mengundang kontroversi.

Melalui platform X (dulu dikenal sebagai Twitter), Kiyosaki menyuarakan pandangannya yang tidak biasa tentang masa depan Bitcoin. Di mata sang investor kawakan ini, gelembung yang selama ini membungkus mata uang kripto nomor satu itu tampaknya sudah mulai menipis—dan siap untuk meledak.

banner 325x300

Ledakan Itu Tak Terhindarkan

“Dalam waktu dekat, gelembung investasi akan mulai pecah,” tulis Robert Kiyosaki dalam unggahan terbarunya pada Rabu, 23 Juli 2025. Ia tidak hanya menyasar Bitcoin—dalam pandangannya, emas dan perak pun akan ikut terseret badai koreksi yang disebutnya sudah di depan mata.

Namun alih-alih panik atau mengajak lari dari pasar, Robert Kiyosaki malah terdengar tenang. Bahkan, ia menyebut bahwa kehancuran harga justru merupakan kabar baik—terutama bagi mereka yang sabar dan punya nyali membeli saat orang lain panik menjual.

“Jika harga Bitcoin, emas, dan perak jatuh… saya akan membeli,” katanya tanpa tedeng aling-aling.

Dalam dunia investasi, di mana banyak orang bertindak berdasarkan rasa takut atau keserakahan, Robert Kiyosaki kembali menegaskan prinsip dasarnya: keuntungan sejati bukan diraih saat menjual, melainkan saat membeli—terutama ketika harga sedang terjun bebas.

Memburu Bitcoin di Tengah Ketakutan

Robert Kiyosaki dikenal sebagai pemburu peluang yang berani bermain di tengah badai. Belum lama ini, ia mengungkap bahwa dirinya membeli Bitcoin saat berada di kisaran harga US$110.000—level yang membuat banyak investor ritel gemetar, tapi tidak baginya.

Melalui pernyataan metaforis yang khas, ia menulis: “Pigs get fat. Hogs get slaughtered.” Sebuah kalimat singkat yang menggambarkan dua jenis investor: si ‘babi gemuk’ yang sabar mengumpulkan keuntungan, dan si ‘babi rakus’ yang tergoda oleh euforia dan akhirnya merugi besar.

Robert Kiyosaki menggambarkan pasar saat ini sedang berada dalam fase yang oleh investor makro Raoul Pal disebut sebagai “Banana Zone”. Ini adalah masa di mana harga melonjak liar karena dorongan semangat dan ketamakan investor ritel. Dalam pandangan Kiyosaki, inilah saat di mana para hog—investor yang terlalu serakah—akan “disembelih” oleh koreksi brutal pasar.

Namun, ia dan ‘babi-babi sabar’ lainnya akan menunggu di balik pagar. “Setelah para hog berhenti menjerit, menjual, dan menyalahkan Bitcoin atas kerugiannya, saya dan para pig lainnya akan membeli lagi saat diskon,” tulisnya.

Menunggu Saat Ketakutan Mencengkeram

Dalam banyak kesempatan, Robert Kiyosaki menekankan pentingnya kesabaran dan ketenangan dalam berinvestasi. Menurutnya, pasar adalah arena emosi, dan siapa pun yang terlalu cepat terpancing akan tertelan ombaknya.

Ia mengingatkan bahwa lonjakan harga tidak selalu berarti sinyal beli. Justru, peluang sejati muncul ketika harga jatuh, ketakutan menyelimuti pasar, dan para investor mulai kehilangan arah. “Ketika semua orang panik, itulah saat kita harus mulai melihat peluang,” katanya.

Ini bukan sekadar filosofi kosong. Robert Kiyosaki telah lama mengingatkan publik akan bahayanya sistem keuangan modern, yang ia anggap penuh cacat struktural—dari inflasi yang terus melambung, tumpukan utang pemerintah yang kian menggunung, hingga mata uang fiat yang, dalam pandangannya, perlahan kehilangan nilai sejatinya.

Bitcoin: Perisai di Tengah Krisis?

Bagi Robert Kiyosaki, Bitcoin bukan hanya alat spekulasi. Ia melihatnya sebagai pelindung, sebuah perisai digital dari serangan sistemik yang mengancam stabilitas ekonomi global. Bersama dengan emas dan perak, Bitcoin dianggap sebagai “aset perlindungan” dari rapuhnya sistem finansial Amerika Serikat.

Dalam berbagai wawancara, seminar, dan tulisan di media sosial, ia terus mengingatkan agar publik tidak terlena pada narasi “semuanya akan baik-baik saja.” Dunia sedang berubah, katanya—dan perubahan itu tidak selalu menguntungkan mereka yang tidak siap.

Alih-alih mengejar cuan cepat atau terjebak dalam hype, Robert Kiyosaki justru menyarankan pendekatan yang jauh lebih tenang: tunggu. Amati. Bersiaplah membeli ketika pasar sedang ketakutan dan harga-harga berjatuhan seperti daun kering di musim gugur.

Filosofi Lama, Dunia Baru

Meskipun dunia investasi kini didominasi oleh teknologi, algoritma, dan kecerdasan buatan, pesan Kiyosaki tetap bersandar pada prinsip klasik: kendalikan emosi, sabar dalam membeli, dan jangan pernah tergoda keserakahan.

Ungkapan-ungkapan seperti “Hogs get slaughtered” atau “Pigs wait for the right moment” mungkin terdengar seperti lelucon, tapi justru di situlah letak kebijaksanaannya. Di tengah kekacauan dan hiruk-pikuk pasar kripto yang penuh drama, Robert Kiyosaki menawarkan sejenis ketenangan yang langka.

Ia tak pernah memaksa siapa pun untuk mengikuti jejaknya. Tapi ia membuka pintu bagi mereka yang ingin mendengar, membaca sinyal-sinyal pasar dengan kepala dingin, dan menjadikan gejolak sebagai peluang alih-alih musibah.

Penambang, Bersiaplah!

Salah satu pihak yang disebut akan diuntungkan jika prediksi Robert Kiyosaki terbukti benar adalah para penambang Bitcoin. Dalam sudut pandangnya, penurunan harga bisa menjadi saat terbaik bagi mereka untuk mengakumulasi lebih banyak aset digital.

Penambang seringkali berada di persimpangan antara teknologi dan pasar. Ketika harga turun, biaya operasional tetap tinggi, namun potensi keuntungan jangka panjang meningkat drastis. Dan itulah saat yang, menurut Kiyosaki, seharusnya mereka manfaatkan semaksimal mungkin.

Kesimpulan: Menanti Ledakan, Menyiapkan Payung

Apa yang dikatakan Robert Kiyosaki bukan sekadar prediksi. Lebih dari itu, ia memberikan narasi tentang bagaimana seharusnya kita membaca pasar—dengan kacamata realistis, bukan ilusi.

Ia tidak menentang Bitcoin, emas, atau perak. Bahkan, ia mencintai ketiganya. Namun, seperti petani yang menunggu musim panen, ia tahu kapan waktunya menanam, kapan waktunya memetik, dan—yang terpenting—kapan waktunya bersembunyi dari badai.

Gelembung mungkin akan pecah, harga bisa saja runtuh, dan kepanikan bisa menyelimuti pasar dalam sekejap. Tapi di tengah semua itu, Robert Kiyosaki sudah siap. Bukan dengan rasa takut, melainkan dengan strategi yang sudah ia pertajam selama puluhan tahun.

Dan bagi para investor yang ingin bertahan dalam dunia yang semakin tidak pasti, mungkin kini saatnya untuk berhenti mengejar—dan mulai mendengar.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *