Sungai Eufrat kian mengering. Di beberapa titik di Suriah, aliran airnya nyaris tak tampak lagi. Namun yang mengejutkan, di balik surutnya air sungai legendaris ini, warga melaporkan penemuan gundukan tanah berkilau yang diyakini mengandung emas mentah. Fenomena ini langsung menarik perhatian publik, bukan hanya karena nilai ekonominya, tapi juga karena disebut-sebut sebagai salah satu tanda datangnya hari kiamat.
Beberapa warga Kota Raqqa, Suriah, terlihat menggali tepian Sungai Eufrat dengan sekop dan alat sederhana lainnya. Mereka berharap menemukan bongkahan logam mulia yang muncul setelah lapisan tanah dasar sungai terkuak karena kekeringan ekstrem.
Gejala Alam atau Fenomena Gaib?
Khaled al-Shammari, seorang insinyur geologi setempat, menilai perlu adanya uji laboratorium untuk memastikan kandungan material bercahaya tersebut. “Kemungkinan besar itu adalah endapan mineral seperti pirit atau mineral sulfida lain yang tampak berkilau di bawah sinar matahari. Tapi bisa juga emas, perlu analisis lebih lanjut,” jelasnya dikutip oleh media lokal Suriah Today.
Namun ia menegaskan, masyarakat sebaiknya tidak terburu-buru berspekulasi apalagi melakukan penambangan liar. “Ada potensi bahaya, baik secara fisik maupun hukum. Kita harus lebih berhati-hati menyikapi hal ini,” tambah Khaled.
Di sisi lain, masyarakat yang tinggal di sepanjang Sungai Eufrat sudah lama hidup berdampingan dengan mitos dan kisah keagamaan terkait sungai ini. Maka, tak heran jika penemuan ini segera dikaitkan dengan nubuat kuno yang menggetarkan hati.
Hadits Tentang Gunung Emas dari Sungai Eufrat
Fenomena mengeringnya Sungai Eufrat sebenarnya bukan hal baru. Namun yang membuatnya spesial kali ini adalah kemunculan gundukan yang tampak seperti emas, sebagaimana disebutkan dalam salah satu hadits Rasulullah SAW.
Hadits yang diriwayatkan oleh Muslim menyatakan:
“Kiamat tidak akan terjadi sampai Sungai Eufrat mengering dan menampakkan gunung emas. Manusia saling membunuh untuk memperebutkannya. Dari seratus orang, sembilan puluh sembilan tewas. Setiap orang dari mereka berkata: ‘Mudah-mudahan aku-lah yang selamat.’” (HR Muslim)
Penafsiran hadits ini menimbulkan banyak perdebatan. Sebagian ulama menyebutkan bahwa ‘gunung emas’ ini bisa jadi bersifat simbolik, bukan harfiah. Abu ‘Ubaidah, dalam komentarnya atas An Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim karya Ibnu Katsir, mengungkapkan bahwa ‘emas’ itu bisa jadi merujuk pada sumber daya alam lain seperti minyak bumi — sumber kekayaan strategis yang juga bisa memicu konflik global.
Namun, dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dari Abu Hurairah RA, terdapat peringatan keras:
“Hampir tiba saatnya Sungai Eufrat membuka simpanan emas. Barang siapa yang menyaksikannya, janganlah mengambil apa pun darinya.” (HR At-Tirmidzi)
Ini memberi isyarat bahwa emas yang muncul di Sungai Eufrat bukan hanya harta, melainkan ujian besar bagi manusia.
Mengeringnya Eufrat: Fakta Ilmiah di Baliknya
Secara geografis, Sungai Eufrat membentang sepanjang 2.800 kilometer, melintasi Turki, Suriah, dan Irak. Ia menjadi sumber kehidupan bagi jutaan orang sejak ribuan tahun silam, terutama di wilayah Mesopotamia yang dikenal sebagai salah satu pusat peradaban manusia tertua.
Namun dalam dua dekade terakhir, debit air Eufrat terus menyusut. Beberapa faktor berkontribusi terhadap kondisi ini:
- Pembangunan dam besar-besaran di wilayah hulu (terutama oleh Turki), yang menghambat aliran air ke wilayah Suriah dan Irak.
- Perubahan iklim yang memicu kekeringan panjang dan curah hujan tidak menentu.
- Eksploitasi air berlebihan untuk irigasi pertanian dan konsumsi domestik di sepanjang alirannya.
Data dari United Nations Development Programme (UNDP) menyebutkan bahwa aliran Sungai Eufrat mengalami penurunan lebih dari 60% dibandingkan awal tahun 1990-an. Sementara itu, laporan dari Badan Meteorologi dan Geofisika Suriah menyebut tahun 2024 sebagai salah satu tahun dengan curah hujan terendah dalam sejarah pengukuran mereka.
Perspektif Keagamaan vs Ilmiah
Mengeringnya Sungai Eufrat memang menjadi perhatian para ahli, baik dari sisi lingkungan maupun spiritual. Dalam pandangan keagamaan, hadits-hadits tentang gunung emas bisa menjadi peringatan moral agar manusia tidak diperbudak oleh harta duniawi, terlebih jika kemunculannya bisa menyebabkan pertumpahan darah.
Di sisi lain, para ilmuwan mengingatkan bahwa yang lebih mendesak untuk ditangani adalah krisis air yang melanda kawasan tersebut. Sungai Eufrat, bersama Tigris, menyuplai kebutuhan air bagi lebih dari 40 juta penduduk di Irak dan Suriah. Jika sungai ini terus mengering, maka bukan hanya emas yang akan muncul — tetapi juga potensi krisis kemanusiaan.
BACA JUGA: Dua Turis Tiongkok Tewas, Satu Awak Kapal Hilang Setelah Kapal Cepat Bali Terbalik di Dekat Sanur
Apakah Ini Tanda Kiamat?
Bagi sebagian umat Muslim, kemunculan emas di dasar Sungai Eufrat bukanlah sekadar fenomena geologis. Ini adalah tanda besar yang sudah lama dinantikan. Namun ulama mengingatkan agar tidak tergesa-gesa menarik kesimpulan.
Imam Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan bahwa hadits tentang emas Eufrat bisa dimaknai sebagai simbol atau metafora tentang terbukanya kekayaan besar yang memicu konflik global. Ia menambahkan, perubahan aliran sungai atau erosi dasar sungai bisa saja membuat endapan logam tertimbun sejak lama akhirnya terlihat.
“Gunung emas itu tidak serta merta berarti emas fisik. Bisa saja itu adalah konflik besar yang timbul karena perebutan kekayaan yang sebelumnya tersembunyi,” tulisnya.
Akhirnya, Kembali ke Manusia
Apakah benar yang muncul itu emas? Ataukah sekadar batuan mineral yang kebetulan tampak mencolok? Waktu dan penelitian ilmiah yang akan menjawabnya.
Namun yang jelas, fenomena ini menyatukan berbagai dimensi: geologi, perubahan iklim, sejarah, hingga spiritualitas. Di tengah kekeringan dan ketegangan geopolitik yang melanda Timur Tengah, munculnya kilauan emas di dasar sungai kuno ini menjadi simbol reflektif: bahwa dalam kelangkaan, manusia bisa menemukan harapan — atau justru kehancuran.