5 Tempat Prostitusi Surabaya Melegenda yang Paling Terkenal di Masanya

Tempat Prostitusi Surabaya Melegenda

Prostitusi Surabaya Melegenda

Prostitusi Surabaya Melegenda – Kalau ngomongin soal sejarah kelam tapi menarik dari sebuah kota besar, Surabaya punya banyak cerita. Terutama soal dunia malamnya yang dulu begitu hidup dan… yah, jujur aja, melegenda. Saya sendiri bukan orang yang langsung terjun ke lapangan buat ngalamin semua itu, tapi teman-teman lama, obrolan warung kopi, sampai kisah di balik buku-buku jadul bikin saya ngerti gimana dulu dunia itu jadi bagian dari denyut kehidupan kota. Bukan sekadar cerita nakal, tapi juga soal ekonomi, budaya, bahkan sedikit rasa miris dan nostalgia.

Dulu, ketika nama Dolly masih jadi buah bibir seantero Indonesia, ada tempat-tempat lain di Surabaya yang diam-diam punya pamor serupa, bahkan lebih dulu eksis. Dan meski sekarang sebagian besar udah bubar karena penertiban atau perubahan zaman, jejaknya tetap terasa. Seperti bau kopi pagi hari di terminal—nggak kelihatan tapi tetap ada.

Saya pengin ngebahas tempat Prostitusi Surabaya Melegenda ini bukan karena glorifikasi, tapi lebih ke melihat realita yang pernah ada dan bagaimana itu membentuk karakter kota. Kadang, sisi gelap kota justru yang paling jujur mencerminkan siapa kita, iya nggak?

Bangunrejo. Nama ini mungkin asing buat generasi sekarang, tapi dulu, kawasan ini jadi tempat mangkal ribuan PSK. Letaknya di Krembangan, cuma lima gang kecil, tapi penuh aktivitas. Saya pernah salah jalan waktu naik motor malam-malam nyari tempat tambal ban—ternyata nyasar ke sana. Nggak sengaja, beneran. Di tiap gang ada rumah-rumah bordil yang berbaur dengan rumah warga biasa. Gila ya, hidup berdampingan kayak gitu. Yang menarik, biar gimana pun riuhnya, jam sepuluh malam semuanya harus tutup. Hansip bakal keliling buat bubarin orang-orang. Disiplin juga ternyata.

Hal kayak gini bikin saya mikir—ini bukan cuma soal tempat Prostitusi Surabaya Melegenda aja, tapi udah kayak budaya setempat. Bahkan buat ngebedain mana rumah tangga beneran dan mana bordil, warga harus pasang papan “Rumah Tangga.” Itu lucu dan ironis dalam satu waktu.

Lanjut ke Jarak. Ini tempat Prostitusi Surabaya Melegenda agak serem, jujur. Meski masih satu kawasan sama Dolly, tapi Jarak dikenal sebagai tempatnya PSK yang lebih senior. Plus, jadi tempat nongkrongnya residivis. Serius. Teman saya yang sempat bantu penyaluran bantuan sosial pernah cerita, dia deg-degan masuk Jarak karena katanya banyak muka serem. Polisi pun sering berkeliaran. Saya bayangin kayak film noir gitu. Lampu temaram, suara musik dangdut samar, dan wajah-wajah yang nggak jelas niatnya apa. Tapi ya itu, katanya bisnis di sana tetap jalan, karena demand-nya ada.

Kalo ngomongin kelas bawah, tempat Prostitusi Surabaya Melegenda Moroseneng dan Kremil masuk daftar. Dua-duanya ada di pinggiran, konsumennya kebanyakan tukang becak, kuli bangunan, atau orang-orang yang kerja serabutan. Tarifnya juga murah. Jangan salah, ada cerita menarik soal Moroseneng. Dulu katanya cuma ada 30-an rumah bordil, tapi vibe-nya cukup keras. Soalnya nggak ada aturan jelas kayak di Dolly. Semuanya jalan liar.

Sementara Kremil, jauh lebih besar dari Moroseneng. Ada ratusan rumah bordil, dari Gang I sampai XXI. Saya pernah lewat pas siang hari, kelihatannya kayak perkampungan biasa. Tapi katanya, malam hari berubah total. Suasana jadi rame, lampu warna-warni, suara tawa keras… dan tawar-menawar yang nggak pakai basa-basi. Realitas keras hidup kota.

Tapi tempat paling nyentrik buat saya justru Kembang Kuning. Bayangin, orang melakukan hubungan seks di atas makam! Beneran nggak masuk akal. Tapi itu kenyataannya. Nggak ada rumah bordil, cuma makam dan semak-semak. Waktu itu, katanya, para penjaja seks bakal nongkrong di pinggir makam saat senja. Begitu ada yang tertarik, langsung negosiasi. Kalau cocok, lanjut. Saya bahkan nggak bisa bayangin dinginnya nisan malam hari. Kembang Kuning ini mungkin paling suram tapi juga paling “berani.”

Yang lebih gila lagi, selain lima tempat utama tadi, masih ada titik-titik tempat Prostitusi Surabaya Melegenda lain yang disebutkan. Di bawah jembatan Gentengkali, Kayun, sampai di gerbong-gerbong tua Stasiun Gubeng. Iya, gerbong kereta! Kadang, saya mikir, betapa kreatifnya orang dalam bertahan hidup. Bahkan tempat sesempit kolong jembatan pun bisa jadi ruang ekonomi.

Faktanya, semua ini nggak bisa dilepaskan dari denyut ekonomi kota. Meski dunia Prostitusi Surabaya Melegenda ini terkesan gelap, tapi juga memberikan nafkah buat banyak orang. Penjual makanan, tukang parkir, tukang kopi… semua bergantung. Saya inget obrolan dengan tukang bakso keliling di sekitar kawasan eks-Dolly, dia bilang, “Dulu saya bisa jual dua panci, sekarang satu aja susah.” Itu bikin saya mikir panjang.

Di sisi lain, saya juga ngerti kenapa pemerintah ingin menghapus tempat Prostitusi Surabaya Melegenda ini. Nggak semua bisa ditolerir. Tapi menertibkan tanpa solusi? Nggak akan selesai. Ada banyak PSK yang kehilangan arah setelah penutupan. Sebagian memang dapat pelatihan, tapi sebagian lagi—hilang begitu aja, atau malah pindah ke prostitusi online. Jadi pertanyaannya bukan cuma “di mana,” tapi juga kenapa dan bagaimana mereka bertahan.

Saya bukan ahli sosial, tapi dari cerita-cerita ini, saya belajar bahwa kota besar selalu punya sisi liar. Dan sisi liar itu, sering kali, bukan soal moral, tapi soal perut. Jangan kaget kalau suatu hari, tempat-tempat seperti ini muncul lagi—dalam bentuk baru. Online, lebih tersembunyi, dan lebih kompleks. Saya sempat lihat akun-akun dengan kode tertentu, dan ternyata setelah ditelusuri… yah, bukan jualan skincare.

Dan ya, saya pernah salah nge-chat akun kayak gitu. Saya kira akun olshop biasa. Lalu dia jawab, “Harga short 500k ya, Mas.” Deg. Malu banget, saya langsung block. Tapi dari situ, saya sadar, dunia prostitusi sekarang udah berubah total. Dulu semua terbuka, sekarang sembunyi tapi tetap eksis.

Buat kalian para penggemar purel, mungkin masa-masa itu seperti kenangan yang nggak terlupakan. Ada tawa, ada dosa, tapi juga ada rasa rindu. Entah karena petualangan, atau sekadar suasana. Tapi satu hal yang pasti—Surabaya menyimpan banyak cerita yang nggak tertulis. Dan dunia malamnya, pernah jadi panggung utamanya.

Kalau kamu tanya, apa pelajaran yang bisa diambil dari semua ini? Mungkin tentang empati. Bahwa di balik bisnis tubuh, ada manusia yang punya cerita. Ada kesedihan, keputusan sulit, dan harapan yang nggak pernah benar-benar mati. Kita bisa aja menolak eksistensinya, tapi nggak bisa pura-pura nggak tahu kalau mereka pernah jadi bagian dari kehidupan kota ini.

Surabaya memang keras. Tapi justru di kekerasan itu, banyak hal yang bisa dipelajari—dari keberanian bertahan hidup sampai cara-cara orang menciptakan ekonomi dari nol. Dan mungkin, di situlah letak kelegendarisannya.

Kalau kamu punya cerita soal masa lalu dunia malam di tempat Prostitusi Surabaya Melegenda atau pengalaman yang bikin kamu geleng-geleng kepala, share aja. Kadang, cerita paling jujur datang dari obrolan santai tanpa sensor. Dunia terus berubah, tapi kenangan tetap hidup. Termasuk kenangan soal Prostitusi Surabaya Melegenda yang pernah ada dan membentuk wajah kota.

Exit mobile version