banner 728x250

Angin Segar ke BBNI, Saham Bank Negara Indonesia Dinilai Punya Ruang Menguat

BBNI
banner 120x600
banner 468x60

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) kembali mencuri perhatian pelaku pasar. Dukungan likuiditas dari pemerintah dan valuasi saham yang masih relatif murah membuat saham bank pelat merah ini dipandang punya potensi penguatan lebih lanjut.

Pemerintah melalui Kementerian Keuangan resmi menempatkan dana jumbo Rp200 triliun di bank-bank Himbara. Langkah ini dinilai menjadi katalis penting bagi kinerja BBNI dalam jangka menengah.

banner 325x300

Injeksi Dana Dorong Likuiditas

Berdasarkan catatan Verdhana Sekuritas Indonesia, kucuran dana pemerintah tersebut diperkirakan meningkatkan ekses likuiditas perbankan Himbara hingga 37%. Dampaknya signifikan: bank tidak terlalu bergantung pada dana pihak ketiga berbunga tinggi, sehingga biaya dana bisa lebih terkendali.

Untuk BBNI sendiri, penempatan dana yang diterima mencapai Rp55 triliun. Jumlah ini setara dengan jatah yang diberikan kepada Bank Mandiri (BMRI) dan Bank Rakyat Indonesia (BBRI). Sementara itu, Bank Syariah Indonesia (BRIS) mendapatkan porsi yang lebih kecil.

“Bagi kami, BBNI akan diuntungkan besar dari penempatan likuiditas pemerintah, lantaran NIM masih rendah,” tulis Verdhana dalam laporan riset terbaru yang dikutip Minggu (14/9/2025).

Stabilitas NIM Jadi Kunci

Margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) merupakan salah satu indikator penting profitabilitas bank. Dengan tambahan dana pemerintah, risiko kenaikan biaya dana bisa ditekan. Artinya, stabilitas NIM BBNI dan bank Himbara lainnya lebih terjaga.

Saat ini, total kelebihan likuiditas empat bank besar—BBNI, BBRI, BMRI, dan BRIS—mencapai Rp435 triliun. Dari angka tersebut, BNI tercatat memiliki kelebihan Rp117 triliun. Jumlah ini cukup untuk menopang ekspansi kredit, terutama di segmen dengan margin tinggi.

Kementerian Keuangan menegaskan bahwa langkah penempatan dana ini merupakan bagian dari strategi menjaga stabilitas sektor keuangan nasional. “Penempatan dana pemerintah di Himbara bertujuan memperkuat likuiditas perbankan sekaligus mendukung penyaluran kredit ke sektor produktif,” ujar Kemenkeu dalam keterangan resminya.

Valuasi Saham Masih Murah

Selain faktor likuiditas, valuasi saham PT Bank Negara Indonesia Tbk juga menjadi daya tarik tersendiri. Menurut catatan Verdhana, rasio price to book value (PBV) saham BBNI saat ini hanya 1 kali. Angka ini jauh di bawah BBCA yang mencapai 4,1 kali, BMRI di 1,8 kali, dan BBRI di 2 kali.

Dengan posisi valuasi tersebut, BBNI dianggap sebagai saham bank besar dengan harga relatif terjangkau dibandingkan kompetitor. Investor melihat peluang capital gain masih terbuka lebar, apalagi jika kinerja keuangan terus membaik.

Verdhana mempertahankan rekomendasi “buy” untuk PT Bank Negara Indonesia Tbk, dengan target harga Rp6.100 per saham. Target ini setara dengan PBV 2025 sebesar 1,3 kali. Pada perdagangan Jumat (12/9/2025), saham BBNI tercatat menguat 2,2% ke level Rp4.520.

BACA JUGA: Saham Bank Jumbo Menguat, BBNI Pimpin Reli Sementara BBCA Masih Lesu

Dampak RAPBN 2026

Menariknya, BBNI dinilai tidak terlalu terdampak oleh penurunan alokasi subsidi bunga dalam RAPBN 2026. Pemerintah memangkas anggaran subsidi kredit menjadi Rp42 triliun, turun dari tahun sebelumnya Rp44 triliun.

Namun, berbeda dengan bank lain, eksposur BBNI terhadap subsidi bunga relatif kecil. Justru, bank ini diprediksi mendapat keuntungan dari penurunan yield Surat Berharga Negara (SBN) dan biaya dana yang lebih stabil.

Prospek Jangka Panjang

Dalam jangka menengah hingga panjang, prospek PT Bank Negara Indonesia Tbk tetap positif. Pertumbuhan kredit di segmen komersial dan korporasi yang menjadi fokus bank diperkirakan tetap solid. Dukungan dari likuiditas pemerintah memperkuat kemampuan bank dalam menyalurkan pembiayaan tanpa terbebani biaya dana tinggi.

Analis juga menyoroti potensi peningkatan return on equity (ROE) seiring efisiensi yang lebih baik. Dengan kombinasi valuasi murah, likuiditas melimpah, dan risiko yang relatif terkendali, saham BBNI dipandang sebagai salah satu pilihan menarik di sektor perbankan tahun ini.

Tren Saham Perbankan

Secara umum, saham sektor perbankan memang menjadi sorotan dalam beberapa bulan terakhir. Kebijakan moneter global yang cenderung longgar, penurunan suku bunga acuan di beberapa negara, hingga dorongan stimulus pemerintah di dalam negeri menjadi katalis penting.

Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit perbankan nasional tumbuh stabil di kisaran 10% year-on-year pada kuartal II/2025. Pertumbuhan ini terutama ditopang sektor konsumsi, manufaktur, dan infrastruktur.

Jika tren tersebut berlanjut, bank-bank besar seperti BBNI, BMRI, BBRI, dan BBCA diprediksi tetap menjadi pilar pertumbuhan pasar modal Indonesia.

Kesimpulan

Dengan kombinasi faktor likuiditas dari pemerintah, valuasi yang masih menarik, serta prospek fundamental yang solid, saham BBNI tengah berada dalam posisi strategis.

Bagi investor, momentum ini menjadi peluang untuk mempertimbangkan kepemilikan saham bank pelat merah tersebut. Tentu, risiko pasar tetap ada, namun katalis positif yang ada saat ini memberi sinyal kuat bahwa BBNI masih punya ruang untuk melaju lebih jauh.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *