Bakmi Acang telah menjadi pilihan favorit bagi penggemar bakmi ayam di Jakarta Barat sejak pertama kali didirikan pada tahun 1969. Menawarkan cita rasa bakmi ayam yang khas, tempat makan ini menjadi destinasi sarapan populer bagi warga sekitar. Dengan harga yang mulai dari Rp 50 perak semangkuk pada masa lalu, kini harga satu porsi bakmi Acang bisa mencapai Rp 60 ribu.
Sejarah Perjalanan Bakmi Acang
Bakmi Acang pertama kali dijual oleh Pak Acang dengan gerobak keliling di sekitar Jalan Dr. Susilo. Pada awalnya, harga satu porsi bakmi hanya kurang dari 50 perak. Pada tahun 1973, Bakmi Acang mulai ‘mangkal’ di garasi rumah Pak Acang dan berlangsung hingga hampir 30 tahun. Baru pada tahun 2003, usaha ini pindah ke lokasi yang ada sekarang, di mana anak-anak Pak Acang turut mengelola usaha tersebut.
Pak Acang mengenang masa-masa sulit ketika harga bakmi masih sangat terjangkau. Pada tahun 1970-an, harga bakmi naik menjadi Rp 100 perak, namun tetap menjadi pilihan banyak orang. Kini, harga seporsi bakmi ayam polos di Bakmi Acang adalah Rp 42 ribu, sementara untuk bakmi dengan tambahan topping seperti bakso, suikiaw, atau pangsit, harga bisa mencapai Rp 60 ribu. Meskipun dianggap mahal oleh sebagian orang, Pak Acang yakin kualitas dan cita rasa bakminya yang khas akan tetap disukai.
Keistimewaan Bakmi Acang
Bakmi Acang dikenal dengan kualitas bahan yang terjamin dan rasa yang lezat. Bakmi yang digunakan adalah bakmi buatan sendiri (homemade) tanpa bahan pengawet. Tepung, garam, dan telur bebek menjadi bahan utama dalam pembuatan bakmi, sehingga memberikan rasa gurih dan tekstur yang kenyal. Setiap hari, Bakmi Acang mengolah 25 kg bakmi dan 40 hingga 50 ekor ayam kampung.
Ayam kampung yang digunakan merupakan ayam yang sudah bertelur, sehingga dagingnya lebih berisi. Ayam direbus selama satu jam untuk menghasilkan kaldu yang gurih, sebelum dagingnya dipakai sebagai topping bakmi. Pelanggan bisa memilih bagian dada atau paha ayam, tergantung selera.
Sentuhan Unik: Daun Selada sebagai Pelengkap
Salah satu keunikan Bakmi Acang adalah penambahan daun selada sebagai pelengkap hidangan. Tekstur daun selada yang renyah memberikan sensasi segar yang berbeda saat menyantap bakmi ayam. Ide penggunaan daun selada ini datang dari pelanggan dan menantu Pak Acang, yang kemudian menjadi salah satu ciri khas dari Bakminya.
Selain selada, bakmi ayam di Bakminya juga dilengkapi dengan taburan daun bawang, yang semakin memperkaya aroma dan rasa hidangan.
Filosofi dan Prinsip Bisnis Pak Acang
Mempertahankan usaha kuliner selama lebih dari 55 tahun tentu bukanlah hal yang mudah. Pak Acang percaya bahwa keberhasilan usaha ini berkat prinsip sederhana yang ia pegang teguh: keikhlasan dan kejujuran. “Yang penting kita apapun ikhlas dan jujur. Jangan bohong. Itu resepnya,” ujar Pak Acang. Ia juga menekankan pentingnya menjaga kualitas rasa dan bahan agar pelanggan selalu puas.
Cabang-Cabang Bakmi Acang
Selain di Grogol, Bakmi Acang juga memiliki dua cabang di kawasan BSD. Lokasi cabang pertama terletak di Sektor 1 Blok RE 3 Nomor 15, dan cabang kedua berada di Jalan Wortel Sektor 1.6 Blok E6 Nomor 12. Kedua cabang ini dikelola oleh anak-anak Pak Acang, dengan resep yang tetap konsisten sama seperti di Grogol.
Warisan Keluarga: Jejak Sejarah Bakmi Acang
Sejarah Bakmi tidak lepas dari perjalanan panjang keluarga pemiliknya. Mie Ayam Istimewa yang didirikan pada 1960 di Petojo menjadi cikal bakal usaha bakmi di Jakarta Barat. Usaha ini dirintis oleh Asuk, Loa Ka Dut, dan pemilik tempat, yang merupakan kerabat dekat. Setelah Mie Ayam Istimewa tutup, Asuk dan Loa Ka Dut melanjutkan usaha bakmi dengan membuka Bakmi Asui dan Bakmi Acang, yang kemudian diteruskan oleh anak-anak mereka.
Generasi berikutnya juga ikut meramaikan dunia kuliner bakmi di Jakarta Barat, dengan membuka usaha seperti Bakmi Ayam Acing dan Bakmi Alok. Bakmi Aheng di Kemurnian juga merupakan usaha dari anak angkat Asuk.
Dengan perjalanan yang panjang dan penuh dedikasi, Bakmi Acang tetap menjadi salah satu tempat makan legendaris yang terus berkembang, meskipun harga semangkuk bakminya kini jauh lebih mahal dibandingkan 50 tahun yang lalu.