banner 728x250

OpenAI Luncurkan Fitur Belanja ChatGPT: Strategi Baru Raup Cuan dari Transaksi Digital

OpenAI
banner 120x600
banner 468x60

OpenAI

OpenAI – Di balik layar ChatGPT, chatbot cerdas yang sudah akrab bagi jutaan pengguna di seluruh dunia, sebuah transformasi diam-diam sedang berlangsung. OpenAI, perusahaan raksasa di balik kecerdasan buatan ini, tengah menyulam strategi baru: menjadikan percakapan dengan chatbot sebagai pintu gerbang ke dunia belanja digital—dan ya, mereka ingin mendapat bagian dari setiap transaksi yang terjadi di dalamnya.

Langkah ini bukan hanya soal teknologi. Ini adalah cerita tentang bagaimana sebuah startup bernilai $300 miliar, yang sebelumnya lebih dikenal karena eksperimen AI dan layanan berlangganan premium, kini mulai melirik e-dagang sebagai tambang emas berikutnya.

banner 325x300

Dari Chat ke Checkout

Selama ini, pengguna ChatGPT dapat melihat rekomendasi produk berdasarkan pertanyaan mereka. Ingin membeli kursi ergonomis? ChatGPT mungkin akan menyarankan beberapa merek, lengkap dengan tautan ke toko online. Tapi pengalaman itu berhenti di situ—pengguna masih harus keluar dari aplikasi untuk menyelesaikan pembelian.

Nah, semua itu akan segera berubah.

Menurut beberapa sumber yang mengetahui rencana internal perusahaan, OpenAI kini tengah mengembangkan sistem pembayaran terintegrasi langsung dalam platform ChatGPT. Artinya, pengguna tidak perlu lagi diarahkan ke situs eksternal untuk bertransaksi. Cukup ngobrol, pilih produk, bayar—semuanya tanpa meninggalkan jendela percakapan.

Tentu saja, seperti pasar malam digital, ada harga di balik kenyamanan ini. OpenAI akan mengambil komisi dari setiap penjualan yang terjadi di dalam platform mereka. Besarnya belum diungkap secara pasti, tapi dalam satu wawancara, CEO Sam Altman sempat menyebut angka “sekitar dua persen” sebagai patokan biaya afiliasi.

Perburuan Pendapatan dari Versi Gratis

Selama ini, sumber utama pendapatan OpenAI berasal dari langganan ChatGPT Plus, yang menawarkan kecepatan lebih tinggi dan akses ke model terbaru. Namun, jutaan pengguna lainnya tetap bertahan di versi gratis—dan potensi ekonominya, sejauh ini, belum tergarap maksimal.

Dengan memperkenalkan fitur belanja di ChatGPT, OpenAI membuka keran baru. Mereka tak hanya menyediakan layanan, tapi juga menjadi penghubung antara pengguna dan pedagang, mengambil bagian dari setiap transaksi sebagai bentuk monetisasi versi gratis yang selama ini ‘tidur’.

Langkah ini bukan hanya cerdas, tapi juga strategis—seperti pemain catur yang menyiapkan pion untuk membuka ruang bagi langkah ratu.

Tantangan Raksasa: Menantang Google di Sarangnya

Mungkin tidak terlalu mengejutkan bahwa langkah ini juga memiliki implikasi yang jauh lebih besar. Selama ini, Google adalah gerbang utama orang-orang mencari produk di internet. Tapi dengan hadirnya ChatGPT yang mampu memberi rekomendasi langsung dalam format percakapan yang personal, posisi Google bisa sedikit tergeser.

Bayangkan pengguna bertanya, “Saya butuh sepatu lari yang ringan dan tahan air.” Alih-alih menampilkan puluhan hasil pencarian, ChatGPT bisa menjawab dengan satu atau dua opsi terbaik, dilengkapi dengan ulasan, harga, dan tombol “beli sekarang”.

Ini bukan hanya pengalaman yang lebih ringkas—ini adalah bentuk baru dari pencarian, dan OpenAI tahu betul nilai ekonominya.

Bersama Shopify, Menuju Etalase Digital Masa Depan

Dalam mengembangkan fitur ini, OpenAI tidak berjalan sendirian. Mereka menggandeng Shopify, platform e-dagang global yang sudah punya pengalaman integrasi pembayaran, termasuk dengan media sosial seperti TikTok.

Kerja sama ini diumumkan pada bulan April lalu, dan sejak itu, versi awal dari fitur belanja ChatGPT sudah mulai diperkenalkan kepada sejumlah merek. Diskusi juga sudah dimulai seputar syarat-syarat finansial dan struktur komisi yang akan diterapkan.

Shopify sendiri menawarkan teknologi checkout yang bisa disematkan ke platform lain, membuat transisi dari obrolan ke pembayaran menjadi semulus mungkin.

Namun, saat dimintai komentar, baik OpenAI maupun Shopify memilih untuk bungkam—mungkin karena semuanya masih dalam tahap pengembangan awal, atau mungkin karena ada kejutan yang tengah dipersiapkan.

Belanja yang Cerdas, Personalisasi yang Dalam

Salah satu kekuatan ChatGPT adalah kemampuannya memahami konteks. Rekomendasi produk yang diberikan bukan hanya berdasarkan kata kunci, tapi juga berdasarkan preferensi pengguna, riwayat percakapan, dan instruksi khusus seperti “budget maksimal Rp500 ribu”.

OpenAI juga baru-baru ini memperbarui sistem memorinya, memungkinkan ChatGPT untuk mengingat lebih banyak tentang pengguna. Ini membuka peluang untuk personalisasi belanja yang jauh lebih dalam.

Meski begitu, dalam versi saat ini, daftar penjual yang ditampilkan saat pengguna mengklik produk belum mempertimbangkan faktor seperti harga atau ongkos kirim. Urutan tampilannya sebagian besar ditentukan oleh metadata dari penyedia pihak ketiga, namun OpenAI menyebut ini masih akan berkembang seiring waktu.

Dunia Baru: Dari SEO ke AIO

Perubahan cara orang mencari dan menemukan produk secara online juga mulai memunculkan tren baru di kalangan agensi periklanan. Beberapa merek mulai bereksperimen dengan cara agar produk mereka muncul dalam jawaban ChatGPT—strategi yang kini dijuluki “AIO” atau Artificial Intelligence Optimization.

Praktik ini mirip dengan SEO (Search Engine Optimization), tapi kali ini targetnya bukan mesin pencari, melainkan model bahasa seperti ChatGPT. Ini menimbulkan pertanyaan mendalam: Apakah AI punya preferensi? Siapa yang menentukan apa yang “layak” direkomendasikan?

Seorang eksekutif agensi iklan mengaku bahwa ini bisa mengubah cara kerja industri secara fundamental. Jika AI seperti ChatGPT menjadi sumber utama dalam mencari produk, maka peran perantara—baik itu mesin pencari maupun agensi periklanan—bisa terancam lenyap.

Menimbang Iklan, Tapi Belum Sekarang

OpenAI sejauh ini belum secara terbuka menyatakan niat untuk menjelajah ke dunia periklanan. Dalam sebuah pernyataan pada Desember lalu, perusahaan bahkan menegaskan bahwa mereka “tidak memiliki rencana aktif untuk mengejar iklan”.

Namun, sinyal-sinyal kecil mulai bermunculan. CFO OpenAI, Sarah Friar, mengatakan kepada Financial Times bahwa opsi iklan sedang dipertimbangkan, meski perusahaan ingin “sangat berhati-hati” dalam menentukan kapan dan di mana iklan diterapkan.

Sam Altman, dalam wawancara dengan Stratechery pada Maret lalu, juga menegaskan bahwa OpenAI tidak akan menerima bayaran untuk memanipulasi hasil pencarian di ChatGPT. Tapi ia menambahkan, jika pengguna menemukan produk lewat fitur seperti Deep Research dan memutuskan untuk membeli, maka perusahaan bisa mengambil biaya afiliasi sekitar dua persen.

Masa Depan Ada di Ujung Percakapan

Langkah OpenAI ini adalah sinyal kuat bahwa batas antara teknologi, percakapan, dan perdagangan semakin kabur. ChatGPT tak lagi sekadar penasihat pintar di layar Anda—ia bisa menjadi asisten belanja, konsultan produk, bahkan kasir virtual.

Jika strategi ini berhasil, OpenAI bukan hanya akan menambah sumber pendapatan baru. Mereka akan menciptakan cara baru orang berinteraksi dengan dunia digital—dengan percakapan sebagai porosnya.

Dan siapa tahu? Di masa depan, mungkin satu-satunya hal yang Anda perlukan untuk belanja online hanyalah… sebuah kalimat.

banner 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *