Ranking FIFA – Seolah badai melanda kawasan Asia Tenggara, peringkat sepak bola negara-negara di wilayah ini kembali diguncang. Kali ini, tak satu pun dari mereka yang berhasil bertahan di daftar elite 100 besar ranking FIFA dunia. Apa yang sebenarnya terjadi?
Setiap tiga bulan sekali, dunia sepak bola seolah menghentikan napas sejenak. FIFA—badan tertinggi sepak bola dunia—merilis peringkat resmi negara-negara berdasarkan performa terbaru mereka di laga internasional. Dan ketika kalender menunjukkan 10 Juli 2025, kabar pahit datang bagi penggemar sepak bola di Asia Tenggara: tak ada satu pun negara di kawasan ini yang berhasil menembus ranking FIFA 100 besar.
Padahal, beberapa bulan lalu, masih ada harapan yang menyala lewat Thailand. Negeri Gajah Putih sempat bertengger manis di posisi ke-99. Namun, seperti daun yang gugur saat musim kemarau, posisi itu tak bertahan lama. Kekalahan menyakitkan 1-3 dari Turkmenistan dalam lanjutan Kualifikasi Piala Asia 2027 membuat mereka harus merelakan tiga angka penting, dan akhirnya, tergelincir ke peringkat 102.
Thailand: Dari Pemimpin Regional Jadi Pencari Arah
Perjalanan Thailand tahun ini bisa diibaratkan seperti kapal yang kehilangan arah di tengah samudera. Mereka sempat menunjukkan sedikit taring saat menundukkan India 2-0 dalam laga persahabatan, namun hasil tersebut tak cukup untuk menambal luka dari kekalahan mereka di laga kompetitif. Dengan total poin 1.222,07, posisi mereka kini rentan disalip negara-negara lain yang sedang bangkit.
Bagi publik sepak bola Thailand, ini bukan sekadar penurunan angka. Ini soal prestise dan gengsi sebagai salah satu kekuatan tradisional di Asia Tenggara yang kini mulai diragukan eksistensinya di panggung internasional.
Vietnam: Harapan yang Memudar
Jika Thailand mengalami penurunan kecil, Vietnam justru seperti kehilangan pijakan. Turun empat strip dan kini duduk di peringkat 113 dengan 1.169,92 poin, mereka mengalami masa transisi yang cukup sulit. Kekalahan telak 0-4 dari Malaysia di ajang kualifikasi jelas menjadi mimpi buruk yang masih membekas di benak pendukung setia mereka.
Vietnam, yang beberapa tahun lalu sempat menjadi sorotan karena perkembangan pesat sepak bolanya, kini harus menelan kenyataan pahit bahwa perjalanan ke puncak tidak selalu mulus. Konsistensi adalah kunci, dan itulah yang saat ini belum mereka temukan kembali.
BACA JUGA: EWC Dota 2 2025: Team Liquid Masih Perkasa, Belum Tersentuh Kekalahan di Riyadh
Indonesia dan Malaysia: Cahaya dari Selatan
Namun tidak semua berita dari Asia Tenggara berisi kesuraman. Dua negara yang sering bersaing ketat di kawasan—Indonesia dan Malaysia—justru sedang menapak naik. Meskipun belum cukup untuk masuk ke 100 besar ranking FIFA, kedua tim menunjukkan tanda-tanda kebangkitan yang menggembirakan.
Indonesia, yang kini menempati posisi ke-118, naik lima peringkat berkat kemenangan-kemenangan penting di FIFA Matchday bulan Juni. Dengan perolehan 1.154,55 poin, Skuad Garuda menunjukkan bahwa masa depan mereka masih menyala. Tidak hanya itu, mereka juga berhasil lolos ke ronde keempat Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia. Sebuah pencapaian yang bukan hanya membanggakan, tetapi juga membuka peluang besar untuk meningkatkan ranking FIFA mereka di masa mendatang.
Malaysia pun tak kalah mengesankan. Kemenangan mengejutkan 4-0 atas Vietnam membuat Harimau Malaya naik enam tingkat ke posisi 125 dengan 1.138,48 poin. Sebuah lonjakan yang menjadi bukti bahwa semangat dan strategi yang tepat bisa membalikkan situasi dalam waktu singkat.
Negara Lain: Bergerak Perlahan tapi Pasti
Sementara itu, negara-negara lain di Asia Tenggara juga mencatatkan sedikit progres, meskipun belum cukup signifikan. Filipina naik satu tingkat ke posisi 145 dengan 1.066,35 poin. Singapura dan Myanmar masing-masing naik dua strip, duduk di posisi 159 dan 160.
Meski belum terdengar gemuruh kemenangan, pergerakan kecil ini menunjukkan bahwa pembangunan sepak bola di kawasan ini tetap berjalan, meski jalannya pelan dan menanjak.
Negara-negara kecil seperti Kamboja (peringkat 180), Brunei Darussalam (183), Laos (185), dan Timor Leste (195) juga mencatatkan peningkatan peringkat masing-masing antara satu hingga lima tingkat. Meskipun secara statistik mereka masih berada di papan bawah, namun semangat yang ditunjukkan dalam setiap pertandingan menjadi bekal penting untuk masa depan.
Ranking FIFA Asia Tenggara per Juli 2025:
- Thailand – Peringkat 102 (turun 3), 1.222,07 poin
- Vietnam – Peringkat 113 (turun 4), 1.169,92 poin
- Indonesia – Peringkat 118 (naik 5), 1.154,55 poin
- Malaysia – Peringkat 125 (naik 6), 1.138,48 poin
- Filipina – Peringkat 145 (naik 1), 1.066,35 poin
- Singapura – Peringkat 159 (naik 2), 1.017,29 poin
- Myanmar – Peringkat 160 (naik 2), 1.004,06 poin
- Kamboja – Peringkat 180 (naik 1), 910,21 poin
- Brunei Darussalam – Peringkat 183 (naik 2), 900,62 poin
- Laos – Peringkat 185 (naik 5), 890,35 poin
- Timor Leste – Peringkat 195 (naik 2), 855,36 poin
Jalan Panjang Menuju 100 Besar
Melihat peta ranking FIFA saat ini, jelas bahwa negara-negara Asia Tenggara masih memiliki pekerjaan rumah besar. Masuk ke dalam daftar 100 besar bukan hanya soal mencetak gol atau memenangkan pertandingan, tetapi juga tentang konsistensi, manajemen tim nasional, hingga pembinaan usia dini.
Namun, ranking FIFA bukanlah takdir yang tertulis di batu. Ia bisa berubah, tumbuh, dan bergerak—seperti ombak di samudera yang tak pernah diam. Dan di tengah arus itu, negara-negara seperti Indonesia dan Malaysia menunjukkan bahwa mereka siap berenang lebih jauh, lebih cepat, dan lebih kuat.
Sementara itu, Thailand dan Vietnam harus segera mencari kembali pijakan mereka. Dunia sepak bola terlalu cepat untuk memberi waktu istirahat panjang. Jika tidak segera bangkit, mereka bisa tertinggal lebih jauh lagi.
Harapan yang Masih Menyala
Di balik angka-angka dan statistik, ada jutaan hati yang masih menaruh harapan pada warna-warna bendera mereka. Di tribun stadion, di warung kopi, dan di ruang keluarga—orang-orang terus membicarakan sepak bola. Karena di Asia Tenggara, sepak bola bukan sekadar olahraga. Ia adalah bahasa bersama, mimpi kolektif, dan alasan untuk percaya bahwa esok bisa lebih baik.
Ranking FIFA memang penting, tapi semangat untuk terus bermain, berkembang, dan bersaing jauh lebih berarti. Siapa tahu, mungkin di pembaruan peringkat berikutnya, kita akan kembali melihat satu atau dua wakil Asia Tenggara kembali meramaikan daftar 100 besar.
Karena seperti yang sering dikatakan orang bijak: bola itu bundar, dan segalanya masih mungkin terjadi.
Penutup
Perubahan ranking FIFA di Asia Tenggara kali ini menjadi refleksi keras tentang dinamika sepak bola kawasan. Meski saat ini belum ada yang menembus 100 besar, namun tanda-tanda kebangkitan sudah mulai terasa. Dengan semangat juang, strategi yang tepat, dan dukungan rakyat, tak mustahil suatu hari nanti kita akan melihat tim-tim ASEAN bersinar di panggung dunia. Mari kita tunggu dan terus dukung perjuangan mereka.