Jakarta Timur – Pemanfaatan biogas dari tangki septik komunal mulai mengubah cara ribuan warga di Jakarta Timur memenuhi kebutuhan energi harian. Program yang digagas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta ini memberikan alternatif nyata bagi rumah tangga untuk memasak tanpa bergantung pada LPG, sekaligus membantu meningkatkan kualitas sanitasi lingkungan permukiman padat.
Dalam beberapa tahun terakhir, upaya pemda mendorong penggunaan energi terbarukan berbasis limbah semakin terlihat hasilnya. Warga kini bisa menikmati pasokan gas yang stabil dari instalasi biogas komunal yang dikelola secara profesional. Selain ramah lingkungan, penggunaan biogas juga terbukti menghemat pengeluaran rumah tangga hingga lebih dari satu juta rupiah per tahun.
Menurut Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, perubahan perilaku sanitasi dan energi ini merupakan lompatan besar bagi kawasan urban seperti Jakarta Timur. “Yang paling menggembirakan adalah laporan bahwa kebiasaan buang air besar sembarangan sudah 0 persen. Infrastruktur seperti ini berperan besar dalam menjaga kesehatan lingkungan,” ujarnya saat meresmikan instalasi biogas di Kelurahan Pekayon, Pasar Rebo.
Peresmian Biogas Pekayon: Titik Baru Energi Alternatif di Jaktim
Peresmian instalasi tangki septik komunal berbasis biogas di Pekayon pada Kamis (13/11/2025) menjadi salah satu tonggak penting perluasan program sanitasi terpadu di Jakarta Timur. Dalam acara tersebut, Pramono memuji kinerja pemerintah kota dan mitra pembangunan yang telah menyelesaikan fasilitas tersebut tepat waktu.
Kunjungan itu juga diisi demonstrasi langsung. Pramono menggoreng telur di atas kompor biogas yang terhubung dengan pipa instalasi komunal. Aksi tersebut menjadi simbol bahwa energi hasil pengolahan limbah warga kini benar-benar bisa dimanfaatkan dalam aktivitas sehari-hari.
“Warga yang dulu membeli LPG setiap beberapa minggu, sekarang tidak perlu lagi. Penghematan bisa mencapai 1,2 juta rupiah per tahun,” ungkap Pramono.
BACA JUGA: Revolusi Kecerdasan Buatan: Bagaimana AI Mengubah Dunia Kerja Modern
Dampak Ekonomi & Lingkungan: Dua Manfaat dalam Satu Sistem
Biogas dihasilkan melalui proses fermentasi anaerob dari tinja di tangki septik komunal. Proses ini bukan hanya menghasilkan gas yang bisa dipakai untuk memasak, tapi juga menurunkan risiko pencemaran bakteri dan menjaga kualitas sanitasi.
Wali Kota Jakarta Timur, Munjirin, menyebut tiga lokasi instalasi biogas saat ini telah melayani 439 kepala keluarga atau sekitar 2.400 jiwa. Program tangki septik komunal non-biogas juga berkembang dan sudah menjangkau hampir 3.000 KK.
“Dari groundbreaking di Bidara Cina sampai sekarang, sudah hampir 3.000 KK terselesaikan. Ini akan terus berlanjut,” ujar Munjirin.
Keberhasilan ini membuka peluang untuk memperluas sistem ke wilayah lain. Bahkan, menurut Pramono, Jakarta Timur dapat menjadi model pengembangan energi alternatif untuk perkantoran pemerintah maupun sektor swasta.
Sebagai rujukan tambahan, United Nations Environment Programme (UNEP) pernah mencatat bahwa pemanfaatan biogas dari limbah manusia dapat menurunkan emisi metana hingga 60% dibanding sistem sanitasi tradisional. Emisi metana diketahui berkontribusi besar terhadap pemanasan global. Karena itu, inisiatif seperti yang dijalankan di Jakarta Timur memiliki nilai strategis dalam konteks perubahan iklim.
Tiga Fasilitas Baru Ditarget Rampung 2025
Pemkot Jakarta Timur menargetkan pembangunan tiga tangki septik komunal berbasis biogas lainnya selesai pada akhir Agustus 2025. Lokasinya berada di:
- Rusunami Bidara Cina, Jatinegara
- Jalan H. Said, Rambutan, Ciracas
- Jalan Delta, Pekayon, Pasar Rebo
Total 782 kepala keluarga diproyeksikan akan menjadi penerima manfaat langsung dari tiga proyek tersebut.
Kolaborasi lintas sektor juga menjadi faktor pendorong keberhasilan program ini. Pemkot bekerja bersama PT Swen Inovasi Transfer, Baznas, PMI, hingga Bank Jakarta untuk memastikan instalasi sanitasi berbasis energi alternatif ini beroperasi dengan standar keamanan yang baik.
Edukasi Sanitasi: Kunci Keberlanjutan Program
Selain pembangunan fisik, edukasi merupakan tulang punggung program tangki septik komunal. Pemerintah Kota Jakarta Timur secara aktif menggelar deklarasi Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) untuk memperkuat kesadaran warga tentang pentingnya perilaku bersih dan higienis.
“Pentingnya deklarasi, kesepakatan bersama, untuk menjaga kebersihan lingkungan dan menghentikan buang air besar sembarangan,” kata Munjirin.
Dalam beberapa kasus, warga yang masih melakukan BABS dapat dikenai sanksi berdasarkan Undang-Undang Lingkungan Hidup maupun Peraturan Daerah tentang Ketertiban Umum. Namun pendekatan utama pemerintah lebih menekankan edukasi daripada hukuman.
Perubahan perilaku ini terbukti efektif. Catatan Pemkot menunjukkan bahwa area yang menjalankan edukasi intensif mengalami penurunan drastis terhadap kasus BABS—bahkan kini mencapai nol persen di sejumlah titik Jakarta Timur.
Jakarta Timur Menuju Kota Mandiri Energi Skala Mikro
Dengan kombinasi manfaat ekonomi, sanitasi, dan lingkungan, program biogas ini memposisikan Jakarta Timur sebagai wilayah percontohan energi alternatif berbasis komunitas. Jika diterapkan secara konsisten, inisiatif ini berpotensi mengurangi ketergantungan rumah tangga pada LPG, memperbaiki kualitas udara, dan mengurangi emisi karbon dari sektor limbah.
Ke depan, Pemprov DKI tengah mengkaji kemungkinan integrasi biogas dengan infrastruktur lain, seperti pengolahan air limbah modern dan fasilitas pengelolaan sampah. Model ini dapat menjadi bagian dari strategi besar menuju kota yang lebih hijau dan berkelanjutan.
Bagi warga, manfaatnya sudah terasa nyata: dapur lebih hemat, lingkungan lebih bersih, dan kualitas hidup meningkat. Di wilayah padat seperti Jakarta Timur, perubahan kecil seperti kompor biogas bisa menjadi langkah besar menuju masa depan yang lebih sehat.
