Marah Pidato Diedit, Donald Trump Gugat Raksasa Penyiaran Inggris Rp75 Triliun!

Donald Trump Gugat Raksasa Penyiaran

Donald Trump Gugat Raksasa Penyiaran – Mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, sekali lagi memicu gempa politik dan hukum, kali ini dengan melayangkan gugatan perdata multi-miliar dolar yang mengejutkan terhadap sebuah raksasa penyiaran terkemuka asal Inggris. Gugatan senilai fantastis $5 miliar AS (setara kurang lebih Rp75 triliun) per klaim yang diajukan, bukan sekadar menuntut ganti rugi finansial, melainkan sebuah pertarungan sengit atas narasi, reputasi, dan integritas jurnalistik di kancah internasional.

Inti dari perseteruan hukum ini berpusat pada klaim pencemaran nama baik dan pelanggaran undang-undang praktik perdagangan yang dilakukan oleh lembaga penyiaran tersebut. Tuduhan utama Trump adalah bahwa raksasa media Inggris ini secara sengaja telah melakukan penyuntingan pidatonya, yang kemudian ditayangkan dalam sebuah film dokumenter, sehingga menciptakan kesan yang sama sekali menyesatkan di mata publik.

Manipulasi Narasi 50 Menit yang Memicu Kerusuhan

Fokus gugatan ini merujuk pada pidato yang disampaikan Trump pada 6 Januari 2021, hanya beberapa saat sebelum insiden kerusuhan dramatis di Gedung Capitol AS.

Dalam pidato aslinya, Trump memang menyerukan kepada para pendukungnya: “Kita akan berjalan menuju Capitol, dan kita akan menyemangati para senator serta anggota kongres kita yang gagah berani.” Kemudian, sekitar 50 menit kemudian dalam rangkaian pidato yang panjang, ia melontarkan kalimat yang lebih keras: “Dan kita bertarung. Kita bertarung mati-matian.”

Namun, dalam film dokumenter kontroversial yang diproduksi dan ditayangkan oleh raksasa penyiaran Inggris tersebut, terjadi pemotongan dan penyambungan narasi yang fatal. Cuplikan yang ditayangkan mengesankan bahwa

Trump berkata: “Kita akan berjalan menuju Capitol… dan saya akan berada di sana bersama Anda. Dan kita bertarung. Kita bertarung mati-matian.”

Penggabungan potongan klip yang terpisah puluhan menit ini, menurut tim hukum Trump, secara sengaja menciptakan citra bahwa Trump secara langsung dan segera menyerukan massa untuk melakukan tindakan kekerasan serta bergabung dengannya di Capitol—sebuah narasi yang sangat berbeda dari pidato aslinya yang lebih fokus pada dukungan verbal terhadap politisi Republik.

Raksasa Penyiaran: Pengakuan Kesalahan, Penolakan Kompensasi

Menghadapi serangan hukum ini, raksasa penyiaran Inggris itu berada dalam posisi yang sulit. Mereka telah mengakui bahwa penyuntingan tersebut “memberikan kesan yang salah” dan secara implisit mengakui bahwa cuplikan itu “menyerukan tindakan kekerasan secara langsung” yang tidak dimaksudkan oleh Trump.

Namun, pengakuan parsial ini tidak serta merta meredakan amarah tim Trump. Pihak lembaga penyiaran menolak tuntutan kompensasi $5 miliar per klaim, bersikeras bahwa tidak ada “dasar untuk klaim pencemaran nama baik” dan berdalih bahwa penyuntingan itu dilakukan tanpa niat jahat dan bahwa program tersebut tidak menimbulkan kerugian nyata pada diri Trump.

Selain itu, pertahanan utama mereka adalah batas geografis: program dokumenter itu disebut hanya tersedia untuk penonton di Inggris dan tidak didistribusikan melalui saluran mereka di Amerika Serikat.

Titik Krusial Gugatan: Akses Melalui VPN dan BritBox

Tim kuasa hukum Trump, yang dipimpin oleh tekad politik dan keahlian litigasi yang agresif, menepis argumen geografis ini dengan strategi yang cerdik. Mereka menuduh lembaga penyiaran tersebut bertindak “sengaja, jahat, dan menipu” dalam upaya “memalsukan pidatonya.”

Gugatan tersebut secara eksplisit menyatakan bahwa Trump tetap berhak menggugat karena dugaan adanya kesepakatan distribusi dengan pihak ketiga yang memegang hak lisensi di luar Inggris, termasuk di Amerika. Lebih lanjut, tim Trump berargumen bahwa warga Florida (tempat tinggal Trump) memiliki kemungkinan besar untuk mengakses program tersebut menggunakan layanan Virtual Private Network (VPN) atau melalui layanan streaming bersama seperti BritBox, terutama mengingat publisitas masif yang melingkupi program tersebut. Argumen ini mengubah fokus dari distribusi resmi menjadi potensi akses digital global yang tak terhindarkan di era modern.

Kekisruhan Internal dan Pengunduran Diri Elite

Dampak dari kontroversi penyuntingan ini ternyata tidak hanya terjadi di ruang sidang. Kasus ini telah memicu kegaduhan internal yang signifikan di dalam tubuh raksasa penyiaran tersebut, menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran editorial yang terjadi.

Sebuah memo internal yang bocor pada November tahun lalu mengungkapkan kritik keras dari para staf terhadap cara pidato itu disajikan. Puncaknya, kontroversi ini disebut-sebut menjadi salah satu faktor yang mendorong pengunduran diri mendadak direktur jenderal dan kepala berita lembaga tersebut, sebuah indikasi nyata akan bobot kesalahan dan kegagalan pertimbangan editorial di level tertinggi.

Sebelum gugatan ini diajukan secara resmi, Trump telah menyiratkan rencananya dalam pernyataan publik yang penuh amarah: “Saya rasa saya harus melakukannya,” kata Trump. “Mereka curang. Mereka mengubah kata-kata yang keluar dari mulut saya.”

Saat ini, raksasa penyiaran Inggris tersebut masih bungkam dan belum memberikan tanggapan resmi terkait gugatan multi-miliar terbaru ini. Dengan mempertaruhkan reputasi media global melawan kekuasaan politik dan finansial salah satu tokoh paling berpengaruh di dunia, drama hukum transatlantik ini dipastikan akan menjadi pertarungan panjang yang akan menarik sorotan publik internasional—sebuah babak baru dalam perang narasi antara politik dan media modern.

Exit mobile version