Gunung Raung Menggeliat Darurat Semburan Abu Vulkanik Capai Ratusan Meter, Warga Diminta Siap

Gunung Raung

Sebuah Siang yang Mengubah Perspektifku

Gunung Raung – Jujur ya, dulu saya tipe orang yang cuek soal berita gunung meletus. Kayak, “Ah, itu jauh dari rumah gue,” atau, “Paling juga nggak akan sampai ke kota.” Tapi, semua itu berubah waktu saya lagi trip ke Banyuwangi dua tahun lalu, dan nyaris nyasar ke jalur pendakian Gunung Raung… saat statusnya Waspada.

Iya, betul. W-A-S-P-A-D-A.
Dan sekarang, saat saya dengar Gunung Raung kembali erupsi tanggal 5 Juni 2025, dengan kolom abu menjulang 600 meter di atas puncak, saya langsung merinding. Ini bukan cuma berita biasa. Ini pengingat keras dari alam.

Gunung Raung: Si Cantik yang Bisa Mengamuk

Buat kamu yang belum tahu, Gunung Raung itu bukan sembarang gunung. Dia termasuk gunung api aktif yang paling besar di Jawa Timur. Ketinggiannya? Sekitar 3.332 meter di atas permukaan laut. Tapi jangan salah, walaupun tampak anggun dari jauh, isi dalamnya bisa sangat murka.

Waktu saya pertama kali dengar soal erupsi 600 meter itu, saya langsung keinget betapa ganasnya suara gemuruh Raung yang pernah saya dengar waktu subuh di basecamp Kalibaru. Kayak suara pesawat jet tapi dari dalam tanah. Ngeri-ngeri kagum, sih.

Gejala Awal yang Sering Diabaikan

Jadi gini, menurut laporan dari Pos Pengamatan Gunung Api Raung, sebenarnya sejak pagi tanggal 5 Juni itu, Gunung Raung udah menunjukkan tanda-tanda bakal erupsi. Tapi… banyak yang menganggap itu cuma awan atau kabut biasa.

Saya paham banget sih, kadang emang susah bedain antara awan dan abu vulkanik. Apalagi kalau kita ngamatinnya dari jauh. Tapi petugas di lapangan, seperti Burhan Alethea (yang rutin mantau dari Dusun Mangaran), mereka itu punya mata yang udah terlatih dan alat yang bisa merekam tremor secara presisi.

Dan ya, tremor menerus itu tandanya jelas: magma lagi gerak. Siap-siap aja.

Bukan Cuma Abu, Tapi Juga Gempa Vulkanik Dalam

Nah ini yang bikin saya makin waspada. Bukan cuma abu yang keluar, tapi juga terjadi gempa vulkanik dalam alias volcanic A-type. Bahasa gampangnya, ada tekanan dari dalam bumi yang mendorong magma buat naik ke permukaan.

Saya pernah nanya ke salah satu relawan tanggap bencana, katanya kalau gempa tipe ini mulai muncul bareng erupsi, berarti dapur magma lagi aktif banget. Itu bukan kabar bagus.

Dan ternyata benar, siang itu bukan erupsi biasa. Meski skalanya lebih kecil dibanding erupsi Maret 2025 lalu, tapi secara geologi, dia jauh lebih “dalam”. Ini yang bikin skenario terburuknya bisa lebih unpredictable.

Yang Sering Orang Lupakan: Radius Bahaya Itu Bukan Sekadar Angka

Serius, saya pernah jadi korban kelalaian soal ini. Dulu saya kira, radius 3 kilometer dari kawah itu cuma semacam “anjuran.” Nyatanya? Itu batas hidup dan mati.
Dan kalau kamu suka hiking atau sekadar jalan-jalan ke area sekitar Gunung Raung, TOLONG jangan remehkan angka itu.

Waktu trip saya ke Kalibaru, ada beberapa pendaki yang bandel—maksa nyusup malam-malam pas status Waspada. Saya ikut nyamperin mereka karena takut kenapa-kenapa. Kami semua akhirnya dikejar kabut tebal yang katanya mengandung partikel sulfur tinggi. Untung nggak sampai sesak napas parah.

Jadi waktu PVMBG bilang jangan turun ke kaldera, itu BENERAN buat keselamatan kita, bukan buat ngelarang petualangan.

Kenapa Erupsi Gunung Raung Ini Harus Diwaspadai Serius?

Pertama-tama, letaknya itu strategis banget. Gunung Raung berada di perbatasan tiga kabupaten besar: Banyuwangi, Jember, dan Bondowoso. Artinya? Kalau sampai ada erupsi besar, dampaknya bisa nyebar luas. Bukan cuma debu, tapi juga kemungkinan hujan abu, gangguan penerbangan, dan tentu saja – evakuasi massal.

Lagian, tren peningkatan aktivitas Raung ini bukan cuma sehari dua hari. Dari akhir April 2025 aja sudah kelihatan. Walaupun fluktuatif, tetap saja garis besarnya naik.

Sedikit Tentang Seismograf dan Tremor: Pelajaran dari Obrolan dengan Relawan

Oke, saya bukan ahli geologi. Tapi waktu ikut pelatihan siaga bencana di desa temen saya di Banyuwangi, saya belajar sedikit tentang seismograf.

Jadi alat ini tuh sensitif banget. Waktu tremor vulkanik terekam tanpa henti, itu bukan cuma ‘bunyi’ biasa. Itu semacam sinyal tubuh Gunung Raung sedang ‘batuk’—dan makin keras batuknya, makin tinggi kemungkinan dia muntah (alias erupsi).

Burhan dari PPGA itu nggak asal ngomong waktu bilang tremornya dominan. Tremor terus-menerus itu mirip kayak peringatan dini. Masalahnya, masih banyak warga yang belum paham cara membacanya.

Saat Raung Batuk, Siap-Siaplah dengan Ini

Buat kamu yang tinggal di sekitar Raung atau bahkan cuma niat traveling ke Banyuwangi, ada beberapa hal penting yang saya pelajari secara pahit dan mau banget saya bagikan:

1. Selalu Cek Status Gunung Sebelum Bepergian

Dulu saya sok tahu dan langsung ngacir ke Kalibaru tanpa ngecek status gunung. Sekarang? Nggak pernah lagi. Cek situs PVMBG atau minimal Twitter BPBD. Jangan sampai kena jebakan cuaca cerah tapi status gunung lagi siaga.

2. Pakai Masker N95, Bukan Sekadar Masker Kain

Pas erupsi kecil dua tahun lalu, saya sempat batuk parah selama tiga hari cuma gara-gara hirup debu halus. Sejak itu, saya selalu sedia masker N95 di tas kalau ke area rawan erupsi.

3. Jangan Menginap di Dekat Kaldera

Tolong deh, walaupun camping di pinggir kawah kelihatan keren buat feed IG, nyawa kita lebih berharga. Banyak kasus pendaki yang nggak sempat lari karena lava atau gas beracun muncul dadakan. Saya pernah ketemu pemandu yang cerita tentang insiden nyaris maut tahun 2015. Cukup dengerin aja, jangan ngalamin sendiri.

4. Kenali Arah Angin

Nah, ini rada teknikal tapi penting. Abu vulkanik bisa nyebar jauh tergantung arah angin. Dalam erupsi 5 Juni 2025 ini, kolom abu condong ke timur laut. Artinya, daerah di sisi itu yang harus paling siaga. Jangan cuma ngira “jauh dari gunung = aman”.

Belajar dari Kesalahan, Bukan Menunggu Bencana

Saya harus ngaku, dulu saya termasuk yang menganggap info erupsi kayak ini terlalu teknis dan membosankan. Tapi setelah nyaris jadi korban ketidaktahuan sendiri, saya sadar: ini bukan sekadar laporan, ini nyawa orang.

Gunung Raung bukan musuh, tapi dia juga bukan teman santai. Dia alam yang harus dihormati. Kalau kita mau bertahan dan tetap hidup berdampingan, ya kita harus belajar ngerti bahasa tubuhnya.

Penutup: Jangan Hanya Takut, Tapi Siap

Saya tahu mungkin tulisan ini kesannya agak dramatis, tapi percayalah, pengalaman itu mengubah cara saya melihat berita seperti ini.

Gunung Raung itu bukan sekadar kata kunci di berita trending. Dia adalah makhluk raksasa yang diam-diam bisa mengguncang hidup banyak orang.
Dan kita? Kita harus cukup pintar buat siap.

Jadi, kalau kamu punya rencana main ke Jawa Timur, atau punya keluarga di sekitar Gunung Raung, please share info ini.
Bukan buat nakut-nakutin, tapi buat ngajarin bahwa antisipasi itu jauh lebih baik daripada penyesalan.

Stay safe ya. Dan jangan lupa, alam selalu punya cara buat kasih kita pelajaran kalau kita keras kepala.

Exit mobile version