Jackie Chan Bangkit Lewat The Shadow’s Edge, Rajai Box Office China

Jackie Chan

Di usia 71 tahun, Jackie Chan membuktikan dirinya belum kehilangan taring. Aktor yang identik dengan aksi berbahaya tanpa pemeran pengganti ini kembali mencatat rekor lewat film terbarunya, The Shadow’s Edge.

Film garapan sutradara Larry Yang itu langsung merajai box office China. Dalam penayangan perdana, film ini mengantongi sekitar Rp193 miliar. Hanya dalam sepekan, pendapatannya melesat hingga Rp454 miliar. Hingga 22 Agustus 2025, total pemasukan tercatat menembus Rp890 miliar, menggeser dominasi film animasi Little Monster of Langlang Mountain.

Para pengamat industri memprediksi angka ini baru permulaan. Jika tren positif berlanjut, The Shadow’s Edge bisa menembus Rp2 triliun dan masuk jajaran enam film terlaris sepanjang masa di Tiongkok.

Jackie Chan Bangkit dari Masa Sulit

Perjalanan Jackie Chan dalam satu dekade terakhir tidak selalu mulus. Sejumlah proyek besar seperti Kung Fu Yoga (2017), Vanguard (2020), hingga Karate Kid: Legends (2022) gagal mencapai ekspektasi. Sebagian penonton menilai film-film tersebut terlalu bergantung pada formula lama, tanpa sentuhan baru yang bisa memikat generasi muda.

Bahkan, kritikus kerap menyoroti kecenderungan Jackie yang terjebak nostalgia. Popularitasnya sempat redup di tengah maraknya aktor-aktor laga baru dari Asia.

Namun, The Shadow’s Edge mengubah segalanya. Jackie kembali ke layar lebar dengan peran yang lebih matang, bukan sekadar menampilkan adegan perkelahian spektakuler. Kehadirannya di film ini disambut hangat oleh penonton, seolah menjadi bukti bahwa karier panjangnya belum usai.

Dalam pidatonya saat menerima Lifetime Achievement Award di Festival Film Internasional Locarno ke-78 di Swiss, Jackie menegaskan prinsip hidupnya.

“Dari seorang stuntman yang bekerja hanya demi makan hingga aktor yang filmnya ditonton dunia, saya selalu berpegang pada satu keyakinan: memberikan yang terbaik di setiap adegan,” ujarnya, dikutip dari MovieWeb (25/8).

Duel Old School vs High-Tech

Salah satu daya tarik utama The Shadow’s Edge adalah paduan unik antara gaya investigasi klasik dengan teknologi canggih.

Film ini mengisahkan sekelompok pencuri super modern yang menggunakan teknologi digital untuk mengelabui polisi. Situasi membuat aparat lokal kewalahan, hingga mereka akhirnya meminta bantuan Wong Tak Chung (diperankan Jackie Chan), seorang legenda yang sudah lama pensiun.

Wong kemudian bekerja sama dengan Ho Qiuguo (Zifeng Zhang), penyelidik muda dari Departemen Investigasi Kriminal. Dari sinilah dimulai duel sengit antara strategi tradisional Wong dengan trik high-tech para kriminal.

Alur film dirancang penuh kejutan. Penonton tidak hanya disuguhi adu fisik khas Jackie Chan, tetapi juga permainan psikologis dan strategi investigasi. Unsur komedi khas Jackie tetap hadir, namun porsinya lebih halus, menyatu dengan ketegangan cerita.

Remake dengan Sentuhan Modern

Menariknya, The Shadow’s Edge bukan kisah baru sepenuhnya. Film ini merupakan remake dari Eye in the Sky (2007), karya sutradara Yau Nai-hoi.

Namun, versi terbaru dirancang ulang agar sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera penonton masa kini. Larry Yang menambahkan elemen kecerdasan buatan, pengawasan digital, hingga sistem keamanan berbasis AI.

Hasilnya, The Shadow’s Edge tetap setia pada roh film aslinya, tetapi tampil lebih segar dan relevan. Kombinasi inilah yang membuat film tersebut mampu menjangkau generasi penonton baru tanpa kehilangan penggemar lama Jackie Chan.

BACA JUGA: Aksi Laga Penuh Nostalgia: Jackie Chan ‘Gendong’ Bintang Muda di Film The Shadow’s Edge

Jackie Chan, Simbol Ketekunan

Keberhasilan The Shadow’s Edge juga menegaskan kembali status Jackie sebagai salah satu ikon budaya pop terbesar Asia. Sejak awal kariernya di Hong Kong pada era 1970-an, Jackie dikenal bukan hanya karena akting, tetapi juga karena dedikasinya pada seni laga.

Meski sudah berusia lebih dari tujuh dekade, Jackie masih terlibat langsung dalam banyak adegan aksi. Ia kerap menolak menggunakan pemeran pengganti, meskipun risiko cedera tinggi. Sikap ini membuatnya dihormati di dunia perfilman internasional.

“Jackie Chan bukan sekadar aktor. Ia adalah simbol ketekunan dan keberanian dalam perfilman global,” ujar Chen Liang, analis budaya populer dari Universitas Beijing, dalam wawancara dengan Global Times.

Box Office China: Fenomena Baru

Kesuksesan The Shadow’s Edge juga mencerminkan pertumbuhan pesat industri film Tiongkok. Menurut laporan China Film Administration, pendapatan box office di paruh pertama 2025 meningkat 14% dibanding tahun lalu.

Bahkan, dalam beberapa tahun terakhir, film-film domestik sering mengalahkan produksi Hollywood. Hal ini terjadi karena penonton China semakin menyukai cerita lokal dengan sentuhan modern.

Di sisi lain, menurut data UNESCO Institute for Statistics, China kini menjadi salah satu produsen film terbesar di dunia, dengan lebih dari 8.000 layar bioskop baru dibuka setiap tahun. Fenomena ini membuat film seperti The Shadow’s Edge punya peluang besar untuk mencatat sejarah.

Apa Selanjutnya untuk Jackie Chan?

Pertanyaan besar kini muncul: ke mana arah karier Jackie Chan setelah kesuksesan ini?

Beberapa media lokal menyebut ia masih memiliki dua proyek besar yang sedang digarap. Salah satunya adalah film animasi keluarga di mana Jackie mengisi suara karakter utama. Proyek lain disebut-sebut akan melibatkan kolaborasi dengan sutradara internasional, meski belum ada detail resmi.

Meski begitu, Jackie tampaknya tidak lagi mengejar jumlah proyek. Ia lebih selektif, memilih peran yang sesuai dengan usianya sekaligus tetap menampilkan ciri khas aksi menegangkan.

Resonansi Global

Tidak hanya di China, The Shadow’s Edge juga mulai diputar di sejumlah festival internasional. Film ini disebut-sebut akan masuk daftar tayangan bioskop di Eropa pada akhir tahun, sebelum akhirnya hadir di Amerika Serikat pada awal 2026.

Kehadiran Jackie di layar global selalu membawa nostalgia tersendiri. Banyak penonton generasi 1990-an dan 2000-an yang tumbuh bersama film-filmnya kini kembali ke bioskop untuk menyaksikan sang legenda beraksi.

Bahkan, NASA pernah menyebut Jackie Chan dalam kampanye sains populer pada 2019. Saat itu, lembaga antariksa Amerika tersebut menyinggung aksi Jackie yang kerap menantang gravitasi sebagai analogi menarik untuk menjelaskan prinsip dasar fisika. Fakta ini menunjukkan betapa luasnya pengaruh budaya pop Jackie, hingga merambah ke dunia pendidikan dan sains.

Kesimpulan

Jackie Chan telah melalui pasang surut karier panjang. Namun lewat The Shadow’s Edge, ia membuktikan bahwa legenda tidak pernah benar-benar padam. Dengan menggabungkan aksi klasik, humor khas, dan cerita modern, Jackie kembali merebut hati penonton.

Film ini bukan hanya soal kemenangan box office, tetapi juga tentang ketekunan seorang aktor yang terus beradaptasi dengan zaman. Jackie Chan kini berdiri lagi di panggung tertinggi, membuktikan bahwa bahkan di usia 71 tahun, ia masih layak disebut sebagai bintang laga nomor satu Asia.

Exit mobile version