Setelah 6 Tahun Vakum, Piala Indonesia Siap Kembali Bergulir pada 2026

Piala Indonesia

Piala Indonesia – Sepak bola Indonesia akan segera punya “panggung” tambahan untuk para talenta lokal. Setelah enam tahun tertidur, Piala Indonesia resmi akan kembali digelar mulai musim 2026/2027. Kepastian ini disampaikan langsung oleh Direktur Operasional PT Liga Indonesia Baru (LIB) atau I.League, Asep Saputra, usai menerima mandat dari Ketua PSSI, Erick Thohir.

PSSI Beri Mandat Resmi

Asep mengungkapkan bahwa pihaknya telah mendapatkan surat resmi dari PSSI terkait pengelolaan dua ajang besar sekaligus: Piala Indonesia dan Liga Putri. Untuk Liga Putri, kompetisi penuh akan digelar pada 2027, diawali turnamen persiapan setahun sebelumnya.

“Kami sudah mendapatkan surat itu dari PSSI. Salah satunya adalah menghidupkan kembali Piala Indonesia. Ini memang sudah menjadi pembahasan sejak dua tahun lalu, tapi saat itu fokus kami membenahi kompetisi utama,” ujar Asep melalui kanal YouTube Edwin A. Setyadinata.

Bangkit dari Mati Suri

Turnamen Piala Indonesia terakhir kali bergulir pada 2019, dengan PSM Makassar menjadi juara. Sejak itu, ajang ini vakum karena berbagai alasan, termasuk pandemi dan fokus pembenahan liga. Bagi pecinta sepak bola tanah air, vakumnya turnamen ini seperti kehilangan “warna” tersendiri dalam kalender kompetisi.

Menurut catatan, Piala Indonesia pernah menjadi ajang penting bagi klub-klub dari semua kasta. Bukan hanya tim elit Liga 1, tetapi juga klub Liga 2 dan Liga 3 yang mendapat kesempatan bersaing dan mencuri perhatian.

Pentingnya Panggung untuk Pemain Lokal

Kembalinya Piala Indonesia menjadi kabar gembira terutama bagi pemain lokal dan talenta muda. Apalagi, mulai musim 2025/2026, kuota pemain asing di BRI Super League akan bertambah hingga 11 orang per klub. Situasi ini membuat peluang bermain bagi pemain Indonesia semakin terbatas di liga utama.

Turnamen ini diharapkan menjadi solusi, memberi ruang bagi pemain muda untuk mendapatkan jam terbang dan pengalaman bersaing di level nasional. Hal ini sejalan dengan misi PSSI dan I.League untuk membangun kompetisi yang berkelanjutan sekaligus melahirkan regenerasi pesepak bola berkualitas.

Persiapan Matang Sesuai Instruksi Erick Thohir

Asep menegaskan bahwa mandat dari Ketua PSSI datang dengan pesan khusus: persiapan harus terstruktur dan matang. I.League diminta merumuskan format, jadwal, dan mekanisme penyelenggaraan agar Piala Indonesia 2026/2027 bisa berjalan lancar dan profesional.

“Ketika membuat kebijakan, harus ada persiapan sebelumnya. Piala Indonesia ini bukan sekadar event, tapi juga proyek besar yang harus memberi dampak bagi perkembangan sepak bola kita,” jelas Asep.

Rekam Jejak Sang Juara

Sejak pertama kali bergulir dengan nama Copa Indonesia, turnamen ini melahirkan banyak cerita. Sriwijaya FC masih memegang rekor sebagai klub tersukses dengan tiga gelar juara, diikuti Arema FC dengan dua trofi. Tidak sedikit pula kisah kejutan dari klub-klub kecil yang berhasil menyingkirkan tim papan atas.

Fenomena “giant killing” inilah yang membuat Piala Indonesia selalu menarik. Bagi suporter, momen tersebut menjadi bukti bahwa sepak bola adalah permainan penuh kejutan, di mana semangat dan strategi kadang bisa mengalahkan nama besar.

Dampak Positif untuk Ekosistem Sepak Bola

Bagi industri sepak bola, kehadiran kembali Piala Indonesia juga memberi manfaat ekonomi. Pertandingan tambahan berarti peluang sponsor, hak siar, dan penjualan tiket. Ini selaras dengan pandangan banyak analis olahraga bahwa turnamen domestik multifase seperti ini bisa menggerakkan ekonomi daerah.

BMKG bahkan pernah merilis data bahwa perhelatan olahraga besar, termasuk sepak bola, cenderung meningkatkan mobilitas dan aktivitas ekonomi lokal di kota penyelenggara. Lonjakan wisatawan dan perputaran uang di sektor UMKM biasanya signifikan selama kompetisi berlangsung.

Harapan dan Antisipasi

Meski masih dua tahun lagi, antusiasme publik mulai terasa. Forum-forum suporter di media sosial ramai membicarakan format ideal, jumlah peserta, hingga kemungkinan adanya laga-laga “derby panas” di babak awal. Ada yang berharap format home-away tetap dipertahankan, ada pula yang mengusulkan sistem single match untuk menekan biaya.

Bagi saya pribadi, kembalinya Piala Indonesia bukan sekadar penambahan kalender pertandingan. Ini adalah kesempatan bagi sepak bola nasional untuk merajut kembali kisah-kisah magis di lapangan hijau—kisah yang membuat kita jatuh cinta pada permainan ini sejak awal.

Exit mobile version