Vaksin Penurun Berat Badan: Iklan Dilarang karena Menargetkan Ibu Pasca Melahirkan

Vaksin Penurun Berat Badan

Vaksin Penurun Berat Badan – Otoritas Standar Periklanan (ASA) baru-baru ini melarang iklan yang mempromosikan vaksin penurun berat badan kepada ibu-ibu yang baru melahirkan. Larangan ini muncul karena iklan tersebut dianggap mengeksploitasi tekanan sosial terkait citra tubuh perempuan pasca persalinan.

Iklan dari MedExpress di media sosial menggunakan stereotip gender yang berbahaya. ASA menekankan, iklan itu menyiratkan bahwa perempuan harus segera menurunkan berat badan setelah melahirkan, padahal fokus utama seharusnya pada kesehatan, bukan penampilan.

Selain MedExpress, dua perusahaan lain, SkinnyJab dan CheqUp, juga terkena larangan karena praktik serupa. Ketiganya kemudian menghapus iklan yang bermasalah dari platform digital mereka. ASA menegaskan bahwa iklan yang mempromosikan obat penurun berat badan yang hanya bisa didapat dengan resep dokter secara publik adalah ilegal.

“Skala masalah ini semakin besar, terutama saat orang merasa terdorong untuk menurunkan berat badan sebagai bagian dari resolusi Tahun Baru,” kata ASA dalam pernyataannya.

Konten Iklan yang Bermasalah

Iklan MedExpress menampilkan seorang wanita berpose selfie di depan cermin dengan teks yang menyarankan bahwa suntikan penurun berat badan bisa membantu menurunkan berat badan pasca melahirkan. ASA menyoroti bahwa obat ini memiliki peringatan keselamatan bagi ibu menyusui.

Menurut ASA, iklan tersebut tidak bertanggung jawab karena memperkuat tekanan sosial pada perempuan untuk menyesuaikan diri dengan standar citra tubuh tertentu. “Pesan ini dapat memicu rasa tidak aman bagi banyak ibu yang baru melahirkan,” tambah badan pengawas tersebut.

Menanggapi larangan ini, MedExpress menyatakan kepada BBC bahwa mereka telah memperkuat proses persetujuan internal, menambahkan pemeriksaan sensitivitas tambahan, dan meningkatkan tata kelola periklanan di semua kategori layanan mereka.

Stigma Tubuh dan Media Sosial

Ketiga iklan tersebut muncul di platform media sosial populer seperti Facebook, Instagram, dan TikTok. Di sana, penjual suntikan vaksin penurun berat badan bersaing di pasar yang kini bernilai miliaran dolar secara global.

Iklan CheqUp, misalnya, menampilkan seorang wanita bercermin dengan teks: “Saya tidak ingin kurus, saya hanya tidak ingin menjadi orang tergemuk di ruangan ini.” ASA menilai pesan ini menekankan stigma terkait ukuran tubuh dan lebih menonjolkan penampilan fisik daripada kesehatan.

CheqUp berargumen bahwa iklan tersebut menekankan tujuan mencapai berat badan sehat, bukan kurus semata. Namun, ASA menolak klaim ini, menunjukkan bahwa model yang tampil dalam iklan tersebut tidak menunjukkan kondisi kelebihan berat badan yang membahayakan kesehatan.

Popularitas Suntikan Penurun Berat Badan

Suntikan vaksin penurun berat badan awalnya dikembangkan untuk membantu pasien dengan diabetes mengontrol berat badan. Namun, kini penggunaannya meluas untuk tujuan kosmetik. Popularitas suntikan ini meningkat setelah selebriti ternama seperti Adele, Rebel Wilson, dan Sharon Osbourne, serta tokoh publik seperti Elon Musk, secara terbuka menceritakan pengalaman penurunan berat badan pesat mereka.

SkinnyJab juga terkena sorotan karena video promosi yang menampilkan pendirinya diklaim sebagai sumber informasi, padahal menurut ASA, itu merupakan materi iklan yang tidak boleh dipublikasikan kepada umum. ASA menegaskan bahwa perusahaan tidak boleh mempromosikan obat yang hanya bisa diperoleh dengan resep dokter kepada publik, termasuk menyebut nama merek dalam materi pemasaran.

SkinnyJab menyatakan telah menghapus iklan tersebut dan melakukan peninjauan menyeluruh terhadap merek, terminologi, dan strategi komunikasinya.

Pendekatan Etis dalam Periklanan

Semua perusahaan yang terlibat menegaskan komitmen mereka terhadap pendekatan etis dalam periklanan kesehatan dan kebugaran. “Kami bertindak cepat untuk mematuhi peraturan dan memastikan iklan kami tidak mengeksploitasi kekhawatiran tubuh seseorang,” ujar juru bicara CheqUp.

ASA juga menekankan pentingnya pendidikan publik yang bertanggung jawab terkait obat dan vaksin penurun berat badan. Menurut mereka, materi edukasi harus menekankan keamanan dan kesehatan, bukan citra fisik atau tekanan sosial.

Kesimpulan Vaksin Penurun Berat Badan

Kasus ini menjadi pengingat penting bagi publik dan perusahaan bahwa promosi vaksin penurun berat badan harus dilakukan secara hati-hati. Iklan yang menargetkan kelompok rentan, seperti ibu pasca melahirkan, dapat menimbulkan risiko psikologis dan melanggar hukum.

ASA menekankan, pengawasan dan regulasi iklan digital menjadi kunci untuk melindungi konsumen dari praktik pemasaran yang menyesatkan. Bagi individu yang mempertimbangkan vaksin atau obat penurun berat badan, konsultasi dengan tenaga medis resmi tetap menjadi langkah utama.

Exit mobile version