28 Years Later: Danny Boyle Siap Bikin Heboh Dunia Zombie Lagi!

28 Years Later

28 Years Later

28 Years Later – Pernah nggak sih kamu merasa seperti sedang duduk di bangku bioskop, gelap, sunyi, tapi di kepala kamu itu isinya udah ribuan skenario dan ekspektasi yang nggak karuan? Nah, persis banget kayak gitu rasanya waktu aku pertama kali dengar kabar tentang “28 Years Later”. Bukan sekadar film zombie baru, ini lho, Danny Boyle yang turun tangan lagi! Buat yang nggak familiar, Boyle itu sutradara jenius di balik “28 Days Later” yang rilis tahun 2002.

Jujur, waktu itu aku masih bocah ingusan yang taunya cuma main gundu sama layangan. Tapi, film itu, meskipun nggak aku tonton langsung di bioskop saat itu, udah jadi legenda di kalangan pecinta horor. Dampaknya ke genre zombie itu gede banget, rasanya kayak ada revolusi kecil yang digagas sama Boyle. Jadi, bayangin deh, setelah 28 Years Later dari film pertama, dia balik lagi! Siapa coba yang nggak excited? Rasanya kayak mimpi, beneran deh. Ekspektasi sudah setinggi langit, dan aku yakin, ini bukan sekadar film zombie biasa.

Waktu itu, sekitar jam 8 malam, aku lagi nyantai-nyantai di sofa rumah, ditemani secangkir kopi hitam dan sisa-sisa remah keripik kentang. Jempolku iseng scroll berita di ponsel, niatnya sih cuma mau cari resep mie instan yang unik, eh, mataku malah terpaku sama satu headline yang bikin jantungku berdegup kencang: “Danny Boyle Bakal Garap Sekuel ’28 Days Later’!” Sumpah, rasanya kayak ada petir nyamber di siang bolong, tapi dalam artian yang bagus ya. Spontan aku teriak, “WHAT?!” sampai kucingku yang lagi tidur nyenyak di karpet langsung lompat kaget. Suamiku yang lagi asyik main game di kamar sebelah pun sampai teriak balik, “Ada apa sih, Yang? Kebakaran?!” Aku cuma bisa nyengir, “Nggak, Yang, ini lebih penting dari kebakaran!”

Kenapa sih kabar ini sebegitu personalnya buatku? Oke, gini ya, “28 Days Later” itu bukan sekadar film horor yang ngagetin doang. Film itu memperkenalkan kita pada konsep “infected”, bukan cuma zombie yang jalan pelan dan bodoh. Ini “infected” lari kencang, beringas, dan bener-bener bikin panik. Aku ingat banget, dulu pas pertama kali nonton film ini (tentunya setelah dilarang keras sama orang tua karena dianggap terlalu sadis), aku sampai nggak bisa tidur semalaman.

Setiap ada suara berisik sedikit di luar, langsung parno. Efeknya sampai segitu kuatnya, dan itu karena Boyle berhasil menciptakan atmosfer yang mencekam, tanpa perlu jumpscare murahan. Makanya, begitu dengar dia mau bikin “28 Years Later”, rasanya kayak ketemu teman lama yang udah lama nggak jumpa, tapi kali ini dia bawa cerita baru yang pasti seru.

Sebenernya, ide untuk sekuel ini udah sering banget diomongin. Beberapa kali ada rumor, tapi selalu kandas di tengah jalan. Sampai akhirnya, si om Danny Boyle sendiri yang angkat bicara. Aku dengar kabar ini dari channel YouTube favoritku yang isinya bahas update film-film horor, namanya “Cinema Cryptids”. Si host-nya, Bang Jaka, itu udah kayak guru spiritualku soal film horor. Dia bilang, “Guys, ini bukan kaleng-kaleng. Boyle udah kasih sinyal kuat banget.

Mungkin nggak langsung ’28 Years Later’ namanya, tapi intinya, ini sekuel yang kita tunggu-tunggu!” Aku langsung heboh sendiri, kayak remaja abg yang baru dapat tiket konser idolanya. Oh ya, aku juga langsung telepon temanku, si Rian, yang sama-sama pecinta film zombie garis keras. Dia ini yang dulu pertama kali kasih tahu aku film “28 Days Later”. Dia bilang, “Wah, gila! Ini mah wajib nonton di bioskop, pake kacamata 3D kalau perlu, biar makin berasa deg-degannya!” Dasar Rian, emang lebay kadang. Tapi ya gimana, kita berdua saking antusiasnya.

Momen pengumuman ini rasanya pas banget, lagi akhir pekan, di mana biasanya aku sama Rian suka marathon film horor. Kebetulan banget, kan? Tadinya mau nonton film komedi romantis yang cengeng, eh, jadi langsung banting setir ke “28 Days Later” lagi. Biar makin berasa vibe-nya sebelum nonton “28 Years Later” nanti. Kita nonton di ruang TV, ditemani popcorn yang udah dingin dan minuman bersoda.

Baca Juga: Babak Baru Sang Baba Yaga: John Wick 5 Siap Mengejutkan

Suasana lagi hujan rintik-rintik di luar, jadi makin pas sama mood filmnya yang kelabu dan penuh keputusasaan. Aku sempat kepikiran, kira-kira Boyle bakal pake pendekatan apa ya di “28 Years Later” ini? Apa dia bakal tetap setia sama found footage style yang bikin film pertama terasa sangat personal dan intens, atau dia bakal berani coba sesuatu yang baru? Jujur, aku agak khawatir juga kalau dia terlalu banyak bereksperimen. Kadang, kan, sequel itu malah jadi blunder. Tapi, ini Danny Boyle, lho. Dia punya sentuhan magis yang bikin semuanya jadi keren.

Kalau bicara soal “how” dia bakal menggarap “28 Years Later”, aku udah punya beberapa spekulasi pribadi. Pertama, aku harap dia tetap mempertahankan gaya visualnya yang khas: gritty, gelap, dan realistis. Jangan sampai malah jadi film zombie yang glossy dan terlalu Hollywood. Kedua, aku harap dia tetap fokus pada karakter manusia dan perjuangan mereka untuk bertahan hidup, bukan cuma pamer gore dan jumpscare.

“28 Days Later” berhasil karena karakternya terasa nyata, dengan segala ketakutan dan harapan mereka. Ketiga, aku penasaran banget sama bagaimana dia bakal mengembangkan virus rage ini setelah 28 Years Later. Apa infected-nya jadi makin pintar? Atau malah ada jenis baru yang lebih mengerikan? Ini nih yang bikin aku begadang mikirin teorinya. Beberapa temanku juga udah pada bikin spekulasi sendiri. Ada yang bilang mungkin nanti ada kelompok penyintas yang berhasil membuat vaksin, ada juga yang bilang mungkin virusnya bermutasi jadi lebih agresif. Aku sih berharap banget, ceritanya nggak cuma tentang lari dari zombie doang. Harus ada lapisan emosi dan konflik internal yang kuat.

Aku juga sempat iseng cari-cari di forum film, ada yang bahas tentang potensi rating film ini. Kalau “28 Days Later” kan R-rated, nah, “28 Years Later” ini kira-kira bakal gimana ya? Aku sih berharap tetap R-rated, biar nggak ada sensor yang bikin ceritanya jadi hambar. Bayangkan saja, kalau film zombie tapi sensornya ketat, rasanya kayak makan nasi goreng tanpa bumbu, hambar banget deh. Nah, aku juga baca ada yang bilang kalau anggaran film ini bakal lebih besar dari sebelumnya. Ya wajar sih, 28 Years Later kan judulnya, pastinya ekspektasi juga lebih tinggi. Tapi, semoga dana yang besar itu nggak bikin Boyle jadi terlalu komersil ya. Aku mau dia tetap berpegang teguh pada visinya yang orisinil.

Ada satu momen yang bikin aku frustrasi banget waktu itu. Aku lagi Browse di sebuah situs berita film, terus ada yang bilang kalau proyek ini masih dalam tahap awal banget, bahkan script-nya aja belum rampung. “Duh, lama banget sih!” batinku. Rasanya kayak nungguin pacar dandan, udah siap dari tadi tapi dia belum juga keluar kamar. Aku langsung nge-dumel sendiri, “Ya ampun, ini kan udah 28 Years Later, masa sih masih belum ada kemajuan signifikan?” Tapi ya sudahlah, namanya juga proses kreatif ya.

Aku cuma bisa sabar menunggu. Yang penting, ada kepastian kalau film ini bakal digarap. Setidaknya, itu udah cukup buat bikin aku tenang. Oh ya, aku juga sempat baca ada rumor kalau Cillian Murphy, pemeran Jim di film pertama, mungkin bakal cameo di “28 Years Later” ini. Kalau itu beneran terjadi, sumpah, aku bakal jingkrak-jingkrak kegirangan! Bayangin deh, Jim udah tua, tapi masih harus berjuang melawan infected. Pasti keren banget!

Dari semua hype ini, ada satu pelajaran penting yang aku dapat. Kadang, menunggu sesuatu yang besar itu memang butuh kesabaran ekstra. Tapi, kalau hasilnya sepadan, semua penantian itu pasti terbayar lunas. Aku juga jadi mikir, film ini bisa jadi semacam “surat cinta” dari Boyle untuk para penggemarnya yang udah setia nungguin sekuel ini selama 28 Years Later. Dia tahu betul apa yang bikin film pertamanya spesial, dan dia pasti nggak mau mengecewakan. Aku sih optimis banget. Danny Boyle ini kan jagonya bikin film yang “ngena” di hati penonton. Dia nggak cuma bikin kita takut, tapi juga bikin kita mikir, bahkan sampai berhari-hari setelah filmnya selesai. Itu yang aku suka dari karya-karyanya.

Penutup nih, buat kalian yang juga excited sama “28 Years Later” ini, aku mau tanya deh. Apa sih ekspektasi terbesar kalian dari film ini? Apa ada adegan atau karakter tertentu yang kalian harap bakal muncul lagi? Atau mungkin kalian punya teori sendiri tentang bagaimana cerita ini bakal berkembang setelah 28 Years Later berlalu? Jujur, aku nggak sabar banget buat nonton film ini di bioskop nanti. Pasti bakal jadi pengalaman yang luar biasa, ngalahin serunya main slot RTP 98% deh! Ya, siapa tahu, setelah nonton film ini, kita bisa ngopi bareng sambil flashback kenangan “horor” nonton “28 Days Later” pertama kali. Yuk, ceritakan pengalaman kalian di kolom komentar ya!

Exit mobile version