Apakah Sesar Lembang Memicu Gempa Berbahaya? Menggali Fakta di Balik Peningkatan Aktivitas Seismik

sesar lembang

Sesar Lembang – Bandung, sebuah kota yang dikenal dengan pesona alam dan iklim sejuknya, kembali diterpa isu yang membuat masyarakat was-was. Peningkatan aktivitas tektonik pada Sesar Lembang telah menjadi sorotan utama, memicu pertanyaan besar: seberapa besar ancaman yang dihadirkan oleh patahan aktif ini?

Beberapa waktu lalu, getaran gempa kecil terasa di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi, gempa dengan magnitudo 1,7 tersebut bersumber dari pergerakan Sesar Lembang. Kejadian ini menambah daftar panjang gempa minor yang terekam dalam beberapa pekan terakhir, menyorot kembali bahaya yang berpotensi ditimbulkan oleh sesar sepanjang 29 kilometer tersebut.

Sesar Lembang: Ancaman Nyata di Balik Keindahan Bandung

Menurut analisis BMKG, episenter gempa terbaru ini berada di darat, sekitar 3 km di barat laut Kabupaten Bandung Barat, pada kedalaman 10 km. Meskipun getarannya relatif kecil, Kepala Stasiun Geofisika BMKG Bandung, Teguh Rahayu, mengungkapkan bahwa peristiwa ini adalah bagian dari tren peningkatan aktivitas seismik yang teramati sejak akhir Juli 2025.

“Hasil monitoring BMKG, sejak 24 Juli 2025 Sesar Lembang mengalami peningkatan aktivitas kegempaan,” ungkap Rahayu. Peningkatan ini ditandai oleh serangkaian gempa-gempa kecil dengan magnitudo bervariasi antara 1,7 hingga 2,3, yang beberapa di antaranya terasa oleh warga.

BACA JUGA: Waspada Gempa Bumi! Mengapa Bekasi Sering Diguncang Guncangan dan Bagaimana Mengantisipasinya

Beda Gempa Kecil dan Gempa Pembuka (Foreshocks)

Wajar jika masyarakat merasa cemas, mengingat histori gempa besar yang pernah melanda sejumlah wilayah di Indonesia. Direktur Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menegaskan bahwa Sesar Lembang adalah patahan yang aktif dan bisa melepaskan energi kapan saja. Ia menyebut, fenomena peningkatan aktivitas ini sering dikaitkan dengan kemungkinan gempa pembuka atau foreshocks.

Namun, Daryono juga memberikan catatan penting yang menenangkan. Peningkatan aktivitas ini tidak serta merta menjadi sinyal pasti akan terjadinya gempa besar. Hingga saat ini, belum ada teknologi atau metode yang mampu memprediksi kapan dan di mana gempa kuat akan terjadi.

Mitigasi Bencana: Kunci Kesiapsiagaan

Meskipun demikian, kewaspadaan tetap menjadi kunci. BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan memperkuat upaya mitigasi. Peningkatan kolaborasi antar instansi terkait, seperti BMKG, BPBD, dan pemerintah daerah, juga sangat diperlukan untuk memastikan respons cepat dan terkoordinasi jika terjadi hal yang tak diinginkan.

Seberapa besar potensi kerusakan yang bisa terjadi jika Sesar Lembang melepaskan energi maksimal? Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan BMKG, Rahmat Triyono, menyampaikan simulasi berdasarkan peta Pusat Studi Gempa Nasional (Pusgen).

“Kita skenariokan dengan kedalaman [pusat gempa]-nya 10 km, maka dampaknya kalau ini terjadi, di Bandung Barat, Kota Cimahi, Bandung, Purwakarta dengan skala MMI (Modified Mercalli Intensity)-nya adalah VI sampai VII,” ujar Rahmat.

Pentingnya Bangunan Tahan Gempa dan Kondisi Tanah

Skala MMI VI-VII mengindikasikan kerusakan sedang. Artinya, bangunan yang memenuhi kaidah struktur tahan gempa—dengan kolom dan pondasi yang kuat—mampu bertahan. Namun, Rahmat menekankan, “Tapi kalau tidak ada struktur, tentunya dengan VI-VII MMI ya sudah rata dengan tanah ini.”

Pernyataan ini sejalan dengan pendapat peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi BRIN, Nuraini Rahma Hanifa. Ia mengungkapkan bahwa potensi kerusakan di Bandung juga diperparah oleh kondisi geologisnya. Kota ini berdiri di atas bekas danau purba, yang membuat batuan di bawah permukaannya cenderung lunak. Kondisi tanah yang lunak ini dapat memperkuat efek getaran gempa, menyebabkan kerusakan yang lebih parah dibandingkan dengan wilayah berbatuan padat.

Kesiapsiagaan Diri: Yang Bisa Kita Lakukan

Mengingat fakta-fakta di atas, ada beberapa langkah praktis yang bisa diambil oleh setiap individu untuk meminimalkan risiko:

  1. Pahami Rute Evakuasi: Kenali jalur evakuasi di lingkungan tempat tinggal atau kerja Anda.
  2. Siapkan Tas Siaga Bencana: Isi tas dengan barang-barang esensial seperti air minum, makanan kering, obat-obatan, senter, dan dokumen penting.
  3. Perkuat Struktur Bangunan: Jika memungkinkan, pastikan bangunan tempat tinggal Anda memiliki struktur yang kuat dan tahan gempa.
  4. Pantau Informasi Resmi: Selalu ikuti perkembangan dari sumber tepercaya seperti BMKG dan BPBD.

Dengan memahami ancaman dan mengambil langkah-langkah mitigasi yang tepat, masyarakat dapat menghadapi potensi bencana dengan lebih siap dan tenang. Peningkatan aktivitas Sesar Lembang memang perlu diwaspadai, tetapi bukan untuk ditakuti secara berlebihan. Kesiapsiagaan adalah kunci.

Exit mobile version