Tragis, Istri di Aceh Singkil Diusir Suami Setelah Dinyatakan Lulus PPPK

Istri di Aceh Singkil Diusir Suami

Aceh Singkil, Indonesia — Sebuah kisah pilu dari ujung barat Indonesia mengguncang media sosial. Seorang istri di Aceh Singkil, bernama Melda, mendadak jadi perbincangan hangat setelah dirinya diceraikan dan diusir suami usai dinyatakan lulus sebagai Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK).

Kisah ini viral setelah sebuah video berdurasi singkat memperlihatkan Melda bersama dua anaknya meninggalkan rumah dengan mata sembab. Tangis pecah, bukan hanya dari Melda, tapi juga dari para tetangga yang ikut mengantarnya pergi.

Tangis Pagi Buta Istri di Aceh Singkil

Dalam rekaman yang tersebar luas di platform seperti TikTok dan Facebook, terlihat suasana haru di halaman rumah sederhana. Barang-barang rumah tangga berserakan, pakaian dimasukkan ke dalam kardus, dan di sisi lain, beberapa tetangga berusaha menenangkan Melda yang tak kuasa menahan air mata.

“Rawat badanmu, tanpa dia kau tetap hidup. Hukum karma berjalan,” terdengar suara seorang ibu-ibu yang mencoba memberi semangat.
“Sehat-sehat kau ya, Mel. Murah rezekimu, Mel. Cari lembaran baru hidupmu, Melda,” tambah yang lain dengan suara bergetar.

Cuplikan video itu kini telah ditonton ratusan ribu kali dan menjadi topik hangat di berbagai forum daring. Banyak warganet mengungkapkan empati dan kemarahan terhadap sang suami yang disebut-sebut bekerja di Satpol PP dan WH Aceh Singkil.

BACA JUGA: Heboh Jule Selingkuh Apakah Benar? Ini dia Klarifikasi Daehoon Bikin Mewek

Dari Cita-Cita Jadi Malapetaka

Menurut informasi yang beredar, baik Melda maupun suaminya sebelumnya mengikuti seleksi PPPK. Namun, nasib berkata lain — yang lulus justru sang suami, sementara Melda masih menunggu hasil.

Ironisnya, setelah kelulusan diumumkan dan sang suami mulai mempersiapkan diri bekerja sebagai aparatur pemerintah, rumah tangga mereka justru retak. Warga sekitar menyebut, percekcokan mulai sering terjadi setelah sang suami dinyatakan lulus PPPK. Hingga akhirnya, keputusan pahit itu datang — Melda dan dua anaknya diusir dari rumah.

Salah satu warga menyebut, Melda sempat membeli baju Korpri sebelum peristiwa itu terjadi. Ia mengaku ingin memakai seragam yang sama seperti suaminya suatu hari nanti. Namun, takdir berkata lain — baju itu kini hanya menjadi saksi diam dari sebuah mimpi yang pupus di tengah jalan.

SUMBER : OfficialiNews

Gelombang Empati dari Publik

Sejak video itu beredar, dukungan dan simpati mengalir deras untuk Melda. Banyak warganet yang mengirimkan doa dan menawarkan bantuan, mulai dari kebutuhan sehari-hari hingga dukungan hukum.

  • Seorang pengguna X (Twitter) menulis,
    > “Kadang keberhasilan seseorang justru menelanjangi hati pasangannya. Salut buat Melda, semoga tetap kuat dan menemukan bahagia versinya sendiri.”
  • Warganet lainnya bahkan menyerukan agar pemerintah daerah turun tangan, karena kasus ini dianggap mencoreng citra ASN dan PPPK di Aceh Singkil.

Suara Resmi: Pemerintah Daerah Turut Menyikapi

Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil disebut sudah memonitor kasus ini, meski belum ada pernyataan resmi dari pihak suami. Sejumlah pihak mendesak agar ada evaluasi etika bagi aparatur negara, terutama yang terlibat dalam persoalan rumah tangga yang bisa berdampak sosial.

“Setiap ASN dan PPPK seharusnya menjadi contoh, baik dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadi. Jika ada pelanggaran etika atau moral, tentu akan kami tindaklanjuti,” kata salah satu pejabat daerah saat dikonfirmasi wartawan setempat.

Fenomena Sosial di Balik Kasus Melda

Kisah Melda bukan hanya potret rumah tangga yang retak, tapi juga cermin perubahan sosial di daerah. Di Aceh — di mana norma dan adat masih begitu kuat — kasus seperti ini jarang tersorot publik. Namun media sosial kini menjadi “panggung terbuka” yang memaksa dunia melihat lebih dekat kenyataan di lapangan.

Menurut Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), kasus perceraian dengan latar ekonomi dan karier meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan, lebih dari 516 ribu kasus perceraian tercatat sepanjang 2023 di Indonesia — sebagian besar dipicu oleh faktor ekonomi dan ketidakcocokan setelah perubahan status sosial.

Kondisi ini memperlihatkan bagaimana perubahan status ekonomi atau jabatan kadang memunculkan jarak emosional antara pasangan. Di sisi lain, tekanan sosial dan ekspektasi lingkungan dapat mempercepat retaknya hubungan yang rapuh.

Perspektif Agama dan Adat

Tokoh agama setempat mengingatkan agar masyarakat tidak terburu-buru menilai, namun juga menjadikan kasus ini sebagai pelajaran.

“Dalam rumah tangga, ujian datang bukan hanya dalam kesulitan, tapi juga dalam kelapangan. Kadang justru saat rezeki datang, kita diuji dengan kesombongan,” ujar salah satu ustaz di Aceh Singkil.

Ia menambahkan, adat Aceh sangat menjunjung tinggi marwah perempuan. Dalam konteks ini, tindakan mengusir istri dan anak tanpa alasan yang kuat dianggap melanggar nilai-nilai kearifan lokal.

Reaksi BMKG dan NASA? Konteks Alam dan Perubahan Sosial

Mungkin terdengar tak langsung berkaitan, tapi menarik bahwa BMKG Aceh Singkil dalam laporannya baru-baru ini menyoroti cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi di wilayah tersebut. Banyak warga menafsirkan cuaca muram yang menyelimuti hari-hari belakangan sebagai “simbol alam ikut bersedih” atas kisah Melda.

Fenomena seperti ini sering dimaknai masyarakat Aceh secara simbolis — alam seolah ikut menangis bersama manusia. NASA sendiri, dalam publikasinya tentang dampak perubahan iklim terhadap perilaku sosial, menyebut bahwa tekanan lingkungan ekstrem dapat memicu stres dan konflik di tingkat keluarga.

Mungkin tidak sepenuhnya relevan secara langsung, tapi kisah Melda mengingatkan kita: ketika alam bergejolak, hati manusia pun bisa ikut retak.

Penutup: Luka yang Menggema Lebih Luas

Kini, Melda disebut tinggal sementara di rumah keluarganya. Ia berusaha membangun kembali hidup bersama dua anaknya yang masih kecil. Meski luka itu dalam, dukungan masyarakat membuatnya perlahan berdiri lagi.

Kasus istri di Aceh Singkil ini mungkin tampak seperti tragedi pribadi, tapi sebenarnya mencerminkan kerentanan sosial yang lebih besar — tentang ketimpangan, kesetiaan, dan tekanan modern di balik kehidupan rumah tangga.

Dan di tengah derasnya arus digital, video singkat yang diunggah seseorang bisa mengubah hidup seseorang selamanya — antara kehancuran dan harapan baru.

Exit mobile version