Kolaborasi Meta dan Midjourney, Gebrakan Baru di Dunia AI Visual

Kolaborasi Meta dan Midjourney

Meta kembali membuat langkah besar dalam peta persaingan kecerdasan buatan (AI). Perusahaan teknologi raksasa yang menaungi Facebook, Instagram, dan WhatsApp itu resmi menjalin kerja sama dengan Midjourney, salah satu startup AI paling populer untuk generasi gambar. Kesepakatan ini diumumkan langsung oleh Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang, dalam pernyataan resminya di Threads.

Kolaborasi ini dinilai sebagai upaya strategis Meta untuk memperkuat portofolio produk AI generatif, khususnya di bidang gambar dan video. “Untuk memastikan Meta mampu menghadirkan produk terbaik bagi masyarakat, dibutuhkan pendekatan yang menyeluruh. Ini berarti talenta kelas dunia, peta jalan komputasi yang ambisius, dan kerja sama dengan para pemain terbaik di industri ini,” ujar Wang.

Langkah ini menandai keseriusan Meta dalam mengejar posisi dominan di industri AI global. Saat para pesaingnya seperti OpenAI, Google, dan Black Forest Lab terus meluncurkan inovasi, Meta tak ingin tertinggal.

Peta Persaingan AI Global

Saat ini, kompetisi AI generatif berlangsung sengit. OpenAI sudah lebih dulu memperkenalkan Sora, generator video berbasis teks yang mendapat sambutan luas. Google menghadirkan Veo, sementara Black Forest Lab meluncurkan Flux, model AI untuk gambar yang mendapat banyak perhatian dari kreator digital.

Meta sendiri sebenarnya bukan pemain baru. Tahun lalu, mereka memperkenalkan Imagine, generator gambar berbasis teks yang bisa digunakan langsung di Facebook, Instagram, dan Messenger. Selain itu, mereka juga merilis Movie Gen, alat untuk membuat video singkat hanya dengan deskripsi teks.

Dengan menggandeng Midjourney, Meta berusaha memperkuat posisi di dua lini sekaligus: gambar dan video. Hal ini penting karena tren penggunaan AI saat ini memang mengarah ke visualisasi konten multimedia yang semakin realistis.

Midjourney: Startup Kecil dengan Pengaruh Besar

Midjourney resmi berdiri pada 2022 dan langsung menjadi sorotan. Berbasis di San Francisco, startup ini awalnya dikenal lewat Discord, tempat para pengguna bisa menghasilkan gambar hanya dengan mengetik prompt sederhana.

Dalam waktu singkat, popularitasnya meroket. Laporan TechCrunch menyebutkan pendapatan Midjourney pada 2023 diperkirakan mencapai 200 juta dolar AS. Model bisnisnya sederhana: layanan berlangganan dengan harga mulai dari 10 hingga 120 dolar AS per bulan.

Tak hanya gambar, pada Juni 2025 Midjourney merilis V1, model video generatif pertamanya. Produk ini memungkinkan pengguna membuat animasi singkat hanya dengan teks, sebuah lompatan besar bagi kreator konten.

David Holz, pendiri sekaligus CEO Midjourney, menegaskan perusahaannya tetap berdiri independen tanpa dukungan investor eksternal. “Kami ingin menjaga kebebasan dalam berinovasi,” ungkap Holz dalam wawancara dengan TechCrunch.

Investasi Besar Meta di Bidang AI

Kerja sama dengan Midjourney hanyalah satu potongan dari strategi agresif Meta. Tahun ini, Mark Zuckerberg sudah menandai beberapa langkah berani.

Pertama, akuisisi startup suara Play AI, yang fokus pada model suara realistis. Kedua, investasi raksasa senilai 14 miliar dolar AS di Scale AI, perusahaan penyedia data pelatihan model. Ketiga, perekrutan peneliti AI top dunia dengan paket kompensasi fantastis, bahkan mencapai 100 juta dolar AS.

Semua langkah ini mengisyaratkan bahwa Meta tak main-main. Perusahaan yang dulu dikenal “hanya” sebagai media sosial kini ingin berdiri sejajar dengan para raksasa AI yang mendominasi lanskap global.

Bayangan Gugatan Hukum

Namun, jalan Meta dan Midjourney tidak sepenuhnya mulus. Pada Juni 2025, dua studio besar Hollywood, Disney dan Universal, melayangkan gugatan. Mereka menuduh Midjourney menggunakan karya berhak cipta tanpa izin untuk melatih model AI.

Kasus hukum ini menambah panjang daftar kontroversi yang melibatkan perusahaan AI. Meski begitu, tren beberapa putusan pengadilan di Amerika Serikat justru cenderung berpihak pada perusahaan teknologi. Hakim menilai penggunaan data publik untuk pelatihan model masih dalam batas yang diperbolehkan hukum.

Kendati demikian, pertarungan hukum ini jelas akan memengaruhi persepsi publik. Apalagi, industri hiburan adalah sektor yang paling vokal menentang penggunaan karya mereka untuk pelatihan AI tanpa lisensi resmi.

Perspektif Industri dan Akademisi

Menurut laporan Stanford AI Index 2025, pasar AI generatif global diprediksi menembus 1,3 triliun dolar AS pada 2030. Visualisasi, baik gambar maupun video, diproyeksikan menyumbang porsi terbesar.

Di sisi lain, pakar etika digital mengingatkan perlunya regulasi ketat. “Teknologi AI generatif membuka peluang besar, tapi juga menimbulkan risiko serius terkait hak cipta, privasi, dan penyebaran disinformasi,” kata UNESCO dalam laporan tahunannya.

Hal senada diungkapkan oleh European Union AI Office, yang mendorong pembatasan penggunaan dataset berhak cipta. Regulasi seperti EU AI Act sudah menegaskan bahwa transparansi dataset adalah salah satu syarat penting.

Strategi Meta: Membentuk Ekosistem Lengkap

Meta tampaknya ingin membangun ekosistem AI yang menyentuh semua lini: teks, gambar, suara, hingga video. Dengan kekuatan media sosial yang sudah mereka miliki, distribusi konten AI bisa berlangsung cepat dan masif.

Bayangkan, fitur generatif terintegrasi langsung di Instagram Reels, Facebook Feed, atau WhatsApp Status. Pengguna bisa membuat konten unik hanya dengan satu kalimat deskripsi. Potensi ini bukan sekadar hiburan, tapi juga peluang ekonomi baru bagi jutaan kreator.

Relevansi dengan Tren Global

Laporan NASA tentang pemanfaatan AI dalam riset luar angkasa juga memperlihatkan arah yang sama: visualisasi adalah kunci. Dengan bantuan AI, para ilmuwan mampu membuat simulasi tata surya, memprediksi pola cuaca, hingga memetakan permukaan planet dengan detail luar biasa.

Jika AI bisa digunakan NASA untuk menggambarkan fenomena kosmik, bukan mustahil teknologi yang sama akan mengubah cara masyarakat luas mengonsumsi konten digital.

Tantangan dan Masa Depan

Meski prospek terlihat cerah, tantangan di depan mata tetap besar. Regulasi yang belum seragam, resistensi dari industri kreatif, hingga risiko penyalahgunaan teknologi akan terus membayangi.

Namun, sejarah menunjukkan bahwa setiap gelombang teknologi baru selalu diiringi pro-kontra. Internet, media sosial, hingga streaming video, semuanya pernah dipandang berbahaya sebelum akhirnya menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari.

Kolaborasi Meta dan Midjourney adalah babak baru. Apakah akan membawa era keemasan AI visual atau justru memicu kontroversi lebih luas, waktu yang akan menjawab.

Penutup

Kerja sama antara Meta dan Midjourney bukan sekadar kesepakatan bisnis. Ia adalah simbol pergeseran besar dalam lanskap teknologi global. Dari sekadar teks menjadi gambar, dari gambar menjadi video, kini dunia digital bergerak menuju pengalaman imersif yang sepenuhnya digerakkan AI.

Bagi Meta, ini adalah taruhan besar. Bagi Midjourney, ini adalah panggung global. Bagi kita semua, ini adalah pertanyaan tentang bagaimana masa depan akan terlihat—dan siapa yang akan mengendalikannya.

Exit mobile version