Bisnis  

Saham Bumi Resources Siapkan Obligasi Rp721 Miliar untuk Akuisisi Tambang Emas Australia

saham bumi

Saham Bumi – PT Bumi Resources Tbk. (BUMI) kembali menjadi sorotan pelaku pasar modal. Emiten batu bara terbesar di Indonesia itu tengah menyiapkan langkah ekspansi ke sektor emas dengan mengincar aset tambang di Australia. Untuk mendukung aksi korporasi ini, perusahaan berencana menghimpun dana segar Rp721,61 miliar melalui penerbitan obligasi tahap II tahun 2025.

Langkah ini bukan hanya soal diversifikasi bisnis, melainkan juga strategi memperkuat posisi BUMI di pasar global. Di tengah tren transisi energi dan fluktuasi harga batu bara, manuver BUMI memantik perhatian investor, termasuk mereka yang mengikuti perkembangan saham Bumi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Rincian Penerbitan Obligasi

Dalam prospektus resmi, BUMI menjelaskan bahwa penerbitan ini merupakan bagian dari Penawaran Umum Berkelanjutan Obligasi Berkelanjutan I dengan target dana mencapai Rp5 triliun. Pada tahap II tahun 2025, BUMI menawarkan dua seri obligasi:

  • Seri A senilai Rp149,33 miliar, tenor 3 tahun, dengan bunga tetap 8% per tahun.
  • Seri B senilai Rp572,28 miliar, tenor 5 tahun, dengan bunga tetap 9,25% per tahun.

Pembayaran bunga dilakukan setiap tiga bulan sekali. Jadwal pertama pada 24 Desember 2025, sedangkan pelunasan pokok dilakukan penuh (bullet payment) saat jatuh tempo: 24 September 2028 untuk Seri A dan 24 September 2030 untuk Seri B.

Saham BUMI menunjuk enam perusahaan sekuritas besar sebagai penjamin pelaksana emisi, antara lain Mandiri Sekuritas, Trimegah Sekuritas, dan BCA Sekuritas. Sementara PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. ditetapkan sebagai wali amanat.

BACA JUGA: Tarif Listrik 2025: Daftar Harga PLN 16–21 September untuk Semua Golongan

Dana untuk Akuisisi Tambang Emas di Australia

Dari total dana Rp721,61 miliar, mayoritas akan diarahkan untuk aksi akuisisi Wolfram Limited (WFL) di Australia. Nilainya mencapai Rp344,12 miliar. WFL dikenal sebagai perusahaan tambang tembaga dan emas dengan izin operasi hingga 2036, sebuah aset yang dianggap strategis oleh BUMI.

Selain untuk pembelian saham WFL, sekitar Rp98,75 miliar akan dipinjamkan kembali kepada WFL guna mendukung kebutuhan belanja modal, eksplorasi, dan modal kerja. Sisanya, dana hasil obligasi akan digunakan untuk kebutuhan operasional BUMI sendiri, termasuk pembayaran pajak, jasa profesional, hingga beban keuangan.

Rencana pencatatan obligasi di BEI dijadwalkan pada 25 September 2025, setelah masa penawaran umum 19 September 2025.

Diversifikasi di Tengah Ketidakpastian Batu Bara

Langkah BUMI menambah portofolio ke sektor emas bukan tanpa alasan. Harga batu bara global dalam dua tahun terakhir cenderung berfluktuasi, dipengaruhi kebijakan energi hijau serta penurunan permintaan dari beberapa negara besar.

Emas, di sisi lain, kerap dianggap aset lindung nilai. Data World Gold Council menunjukkan permintaan emas global tetap stabil, bahkan meningkat ketika kondisi geopolitik memanas atau inflasi menekan ekonomi. Dengan masuk ke sektor emas, BUMI berupaya menyeimbangkan risiko bisnis yang selama ini sangat bergantung pada batu bara.

Respons Pasar dan Saham Bumi

Investor tentu mencermati aksi korporasi ini. Sejak awal 2025, saham Bumi mengalami pergerakan dinamis seiring isu ekspansi ke Australia. Beberapa analis menilai akuisisi tambang emas bisa menjadi katalis positif dalam jangka panjang.

Meski demikian, sejumlah pihak mengingatkan bahwa penerbitan obligasi dalam jumlah besar berarti menambah beban utang perusahaan. Keseimbangan antara prospek keuntungan dari tambang emas dan kewajiban pembayaran bunga menjadi faktor penting yang diawasi investor.

Catatan Resmi dan Pandangan Ahli

Dalam pernyataannya, manajemen Saham BUMI menyebutkan bahwa diversifikasi ke sektor emas adalah bagian dari strategi jangka panjang. “Akuisisi ini akan memperkuat posisi BUMI sebagai perusahaan sumber daya alam terintegrasi, tidak hanya di batu bara, tetapi juga logam berharga,” ujar manajemen dalam prospektus.

Pengamat pasar modal, Riska Afriani, menilai aksi BUMI ini dapat memberi sinyal positif kepada investor. “Diversifikasi aset memberi peluang pertumbuhan baru bagi BUMI. Namun, pasar tetap akan menilai seberapa efektif manajemen menjalankan akuisisi ini, mengingat beban utang perusahaan juga tidak kecil,” ujarnya.

Proyeksi Sektor Emas Global

Menurut laporan terbaru U.S. Geological Survey (USGS), cadangan emas dunia mencapai lebih dari 57 ribu ton. Australia menjadi salah satu negara dengan cadangan terbesar, yakni sekitar 17% dari total global. Hal ini menjadikan negeri Kanguru sebagai destinasi utama bagi perusahaan tambang internasional, termasuk BUMI.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mencatat bahwa fluktuasi harga komoditas global, termasuk emas dan batu bara, juga dipengaruhi oleh faktor iklim dan kondisi geopolitik. Dalam rilisnya, BMKG menekankan bahwa fenomena iklim ekstrem dapat memicu perubahan pasokan energi dan logam secara signifikan.

Tantangan yang Menanti Saham Bumi

Meskipun prospek emas terlihat cerah, bukan berarti tanpa risiko. Biaya eksplorasi, izin lingkungan, dan fluktuasi harga emas global menjadi tantangan tersendiri. Selain itu, integrasi manajemen antara BUMI dan WFL akan sangat menentukan keberhasilan akuisisi.

Investor ritel juga perlu mencermati detail prospektus obligasi. Kupon bunga yang menarik harus dibandingkan dengan profil risiko, terutama jika kondisi pasar berubah.

Apa Artinya bagi Investor Ritel?

Bagi investor yang memegang saham Bumi, aksi korporasi ini berpotensi membawa napas segar. Jika tambang emas Australia benar-benar menghasilkan sesuai proyeksi, maka valuasi perusahaan bisa meningkat. Namun, bagi investor konservatif, faktor utang baru tetap menjadi perhatian utama.

Obligasi BUMI sendiri bisa menarik bagi investor pendapatan tetap yang mencari imbal hasil lebih tinggi dibanding deposito. Dengan kupon 8%–9,25%, produk ini jelas lebih atraktif. Hanya saja, investor perlu memperhatikan risiko kredit dari emiten.

Penutup Saham Bumi

Rencana Bumi Resources menerbitkan obligasi Rp721 miliar untuk mengakuisisi tambang emas di Australia menjadi salah satu manuver besar di pasar modal 2025. Diversifikasi ke sektor emas bisa membuka peluang baru bagi perusahaan, sekaligus menambah warna bagi pergerakan saham Bumi di BEI.

Namun, keputusan ini tetap menyisakan dua sisi. Di satu sisi, ada harapan akan pertumbuhan dan penguatan bisnis. Di sisi lain, ada tantangan berupa utang baru serta risiko integrasi bisnis lintas negara.

Bagi investor, penting untuk tidak hanya melihat potensi keuntungan, tetapi juga memahami profil risiko yang melekat. Seperti kata pepatah di dunia investasi: high return selalu datang bersama high risk.

Exit mobile version