USD/IDR – Nilai tukar rupiah kembali menghadapi tekanan berat pada perdagangan Kamis (25/9/2025). Dolar Amerika Serikat (USD) menguat signifikan hingga menembus kisaran Rp16.700 di pasar spot. Pergerakan ini menambah daftar panjang fluktuasi rupiah sepanjang tahun 2025, yang dipengaruhi faktor global maupun domestik.
USD/IDR Menguat ke Level Tertinggi Harian
Mengutip data Bloomberg, dolar AS dibuka di level Rp16.735 pada pagi hari. Hingga pukul 09.13 WIB, USD/IDR sempat bergerak ke Rp16.737, naik sekitar 53 poin atau 0,32% dibandingkan posisi penutupan sehari sebelumnya di Rp16.684.
Kisaran perdagangan hari ini tercatat berada di rentang Rp16.722–Rp16.740. Jika ditarik dalam 52 minggu terakhir, kurs USD/IDR sempat bergerak di area Rp15.087 hingga Rp17.224. Angka ini menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi, menandakan rupiah masih rentan terhadap sentimen eksternal.
Pengaruh Dinamika Global
Penguatan dolar AS tidak hanya terjadi terhadap rupiah. Beberapa mata uang Asia-Pasifik juga menunjukkan pelemahan. Dolar AS naik terhadap dolar baru Taiwan sebesar 0,24% dan terhadap peso Filipina 0,59%.
Namun, ada juga mata uang yang berhasil menahan tekanan. Won Korea Selatan justru menguat 0,34% terhadap dolar, sementara yen Jepang naik tipis 0,17%. Yuan China pun mencatatkan penguatan 0,07% melawan greenback.
Faktor utama yang mendukung penguatan dolar AS masih berasal dari prospek kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed). Pasar menilai bank sentral AS masih berhati-hati dalam memangkas suku bunga, terutama setelah data inflasi di Amerika menunjukkan tren yang belum sepenuhnya stabil.
Sentimen Pasar Domestik
Di sisi lain, faktor domestik juga memberi tekanan tambahan. Menurut catatan Bank Indonesia (BI), aliran modal asing ke pasar obligasi dalam beberapa pekan terakhir mengalami penurunan. Investor cenderung menunggu arah kebijakan moneter global sebelum menempatkan kembali dana di pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
BI sendiri menegaskan komitmennya menjaga stabilitas rupiah. “Bank Indonesia terus memperkuat intervensi triple intervention di pasar valas, baik melalui spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), maupun pembelian SBN dari pasar sekunder,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers bulanan, seperti dikutip dari laman resmi BI.
Langkah ini diharapkan mampu menahan volatilitas USD/IDR agar tidak berlarut-larut.
Dampak pada Ekonomi Nasional
Kurs rupiah yang menembus Rp16.700 tentu berdampak pada berbagai sektor. Importir menjadi pihak pertama yang merasakan beban lebih besar, karena biaya pembelian barang dari luar negeri meningkat. Sementara itu, sektor ekspor bisa mendapatkan sedikit keuntungan, karena harga produk Indonesia menjadi lebih kompetitif di pasar global.
Namun, tekanan inflasi tetap menjadi perhatian utama. Kenaikan kurs dolar berpotensi mendorong harga barang impor, mulai dari bahan baku industri hingga kebutuhan konsumsi sehari-hari. Jika tidak dikendalikan, efek domino ini bisa mengganggu daya beli masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat, inflasi Indonesia pada Agustus 2025 berada di kisaran 3,1% secara tahunan. Angka ini masih dalam target pemerintah, namun tren pelemahan rupiah bisa menjadi risiko tambahan yang perlu diwaspadai.
BACA JUGA: Saham Bumi Resources Siapkan Obligasi Rp721 Miliar untuk Akuisisi Tambang Emas Australia
Proyeksi ke Depan
BMKG mungkin lebih dikenal dengan prakiraan cuaca, tetapi dalam konteks ekonomi, prediksi juga sangat penting. Mengutip analisis dari International Monetary Fund (IMF), kondisi perekonomian global pada paruh akhir 2025 masih dibayangi ketidakpastian, terutama akibat perlambatan ekonomi di Tiongkok serta tensi geopolitik di beberapa kawasan.
Sementara itu, Bank Dunia menilai negara berkembang seperti Indonesia harus menjaga keseimbangan antara stabilitas moneter dan pertumbuhan. Dalam laporannya, Bank Dunia menekankan pentingnya kebijakan fiskal yang hati-hati untuk mengurangi dampak eksternal terhadap nilai tukar.
Investor Diminta Waspada
Analis pasar uang menilai, pergerakan USD/IDR dalam beberapa pekan mendatang masih akan volatil. “Selama dolar AS masih didukung oleh ekspektasi suku bunga tinggi The Fed, rupiah cenderung akan tetap dalam tekanan. Level Rp16.700 bisa jadi bukan puncak terakhir,” ujar Lukman Leong, analis finansial senior, saat dihubungi redaksi.
Meski begitu, investor disarankan tidak panik. Diversifikasi portofolio menjadi kunci agar risiko dari fluktuasi kurs bisa diminimalkan. Emas, saham defensif, dan obligasi pemerintah jangka pendek menjadi instrumen yang relatif lebih aman di tengah ketidakpastian pasar.
Pelajaran dari Tahun Sebelumnya
Jika menengok ke belakang, rupiah juga sempat menghadapi tekanan serupa pada 2022–2023, saat The Fed agresif menaikkan suku bunga. Kala itu, USD/IDR bahkan mendekati Rp16.300. Namun, berkat koordinasi kebijakan moneter dan fiskal, Indonesia berhasil menjaga stabilitas ekonomi.
Kondisi serupa diharapkan bisa terulang. Selama fundamental ekonomi tetap solid—dengan cadangan devisa kuat, inflasi terkendali, dan pertumbuhan ekonomi di atas 5%—rupiah memiliki peluang untuk kembali menguat.
Kesimpulan USD/IDR
Dolar AS yang menembus Rp16.700 terhadap rupiah pada 25 September 2025 menjadi sinyal penting bagi pelaku pasar. Tekanan global masih menjadi faktor dominan, sementara kebijakan domestik berperan menjaga stabilitas.
Bagi masyarakat, pergerakan kurs ini perlu diwaspadai karena bisa berdampak pada harga barang dan daya beli. Sedangkan bagi investor, disiplin dalam mengelola portofolio adalah kunci menghadapi ketidakpastian.
Seperti dikatakan BI, stabilitas rupiah adalah prioritas utama. Namun, dalam kondisi global yang penuh tantangan, adaptasi dan kewaspadaan tetap menjadi strategi terbaik.